Saya pernah belajar memasaknya dari ibu ketika masih SMP. Resepnya mudah dan sederhana. Bahan utama yang diperlukan adalah daging ayam yang sudah dibersihkan.Â
Ayamnya dibakar polos hingga matang, tanpa balutan bumbu apa pun. Kemudian, ayamnya dipotong-potong. Lalu, kita butuh garam dan jeruk nipis. Ingat, darah ayamnya jangan dibuang. Itu akan kita pakai saat memasak daging dan bumbu tambahan.Â
Bahan untuk bumbunya pun sederhana. Haluskan serai, jahe, kunyit, bawang putih, bawang merah, kemiri. Lalum semua bumbu itu disangrai. Selain itu, kita juga butuh  cabe rawit dan andaliman.Â
Kedua bumbu ini tidak perlu disangrai, cukup dihaluskan saja. Alangkah lebih dapat rasanya kalau digiling secara manual. Setelah semua ready, tumis semua bahan, lalu masukkan darah ayam dan campur.Â
Aduk secara merata. Kemudian, masukkan potongan daging ayam yang sudah dibakar tadi. Tunggu beberapa saat hingga bumbu tampak sudah meresap ke daging. Rasanya air liurku keluar. Padahal, aku masih menuliskan resep kampungku.
Sementara untuk jenis masakan telur, aku lebih senang telur dadar yang dicampur dengan tomat, cabe merah, bawang putih, bawang merah, dan sedikit lada tumbuk. Aku pikir, ini bukan resep aneh dan baru. Resep ini adalah resep pasaran.Â
Dua kali seminggu, aku rutin mengonsumsi telur ayam kampung yang direbus matang, supaya stamina tetap terjaga di tengah kesibukan pekerjaan.
Dibutuhkan Kontrol Diri
Setiap orang ingin sehat dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi. Diantaranya adalah daging dan telur ayam. Ada yang sungguh rutin mengonsumsinya demi pencapaian yang optimal dan ada juga yang sangat menjaga pola makan yang sehat. Dan itu memang tepat, yakni menjaga pola makan yang teratur dan sehat.Â
Agar sehat, keteraturan dan penguasaan diri dari kenikmatan perut mesti dijaga. Meski enak, kuantitas daging dan telur ayam tetap dijaga. Alangkah lebih baik jika disesuaikan dengan kalori yang kita butuhkan dari pekerjaan kita.Â
Kalau tidak butuh kalori yang banyak, jangan konsumsi daging atau telur ayam secara berlebihan. Itu justru membahayakan. Yang namanya berlebihan, tentu menjadi lawan bagi tubuh sendiri.