Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Film

Yuks, Nonton "The Klaus" di Liburan Natalmu

23 Desember 2020   00:10 Diperbarui: 23 Desember 2020   00:17 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nilai. Setelah menonton "Klaus", saya mencoba mencatat nilai-nilai penting yang bisa diambil dan diaplikasikna dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, soal tidak bergantung pada orang tua melulu dan dalam arti tertentu tinggalkan your safe zone dan berkreativitaslah dalam hidup. Sebenarnya, setiap orang punya kemampuan dalam hidupnya. Ini bisa dikembangkan menjadi suatu cara menghidupi diri sendiri. Jika kita hanya bergantung pada kemapanan dan kenyamanan yang telah diterima dari orang tua, maka tak dapat disangkal orang ini akan banyak gagal dalam hidunya. Untuk itu, agar dapat berkembang dan melangkah lebih jauh, pertama sekali tinggalkan safe zone dan berkreasilah secara sehat.

Kedua, bersyukur atas kelimpahan dan kesulitan yang diterima. Bisa jadi, saat bahagia atau berkelimpahan, kita lupa bersyukur. Situasi sulit tak perlu disyukuri, malah kita banyak menuntut dari orang lain, situasi, bahkan Tuhan. "Mengapa ini dan itu?" Memang ada orang yang tetap bersyukur, meski dalam situasi sulit sekalipun. Namun, masih sedikit. Untuk itu, sepertinya keutamaan seperti ini bisa kita tiru terlebih selama masa Covid 19. Tetap bersyukur meski dalam kesulitan yang amat berat. Jangan menyerah. Untuk itu, kita mulai secara perlahan-lahan berkata, "Masalah, aku punya Tuhanku!"

Ketiga, berempati terhadap orang yang membutuhkan. Ketika telah dewasa dalam bersyukur di setiap momen kehidupan, seseorang secara otomatis mampu berempati secara spontan, tanpa dibuat-buat, terhadap orang lain. Sebab, ia pasti menyadari betapa sulitnya ia kalau berada di posisi yang sama dengan orang lain. Maka, orang seperti ini akan berbagi dengan yang lain. 

Keempat, hadirlah membawa damai, kesatuan, dan sukacita. Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium, mengajak dunia untuk bersukacita dalam hidupnya dan sekaligus menjadi pembawa sukacita bagi yang lain. Ketika di dalam kelompok atau tempat dimana kita tinggal ada perselisihan, janganlah kita ikut menyulut api kebencian. Malahan, secara santun dan penuh rasa persaudaraan mengajak setiap orang berpikir secara dingin dan sehat agar mau berdamai dan bersatu.

Kelima, bersikap bijak dan koperatif. Hidup itu bukan sendiri saja. Dunia ini sungguh amat luas bagi seorang manusia saja. Dunia diisi oleh kelompok manusia dan ciptaan lain. Agar hidup lebih inspiratif dan bermakna, relasi dan kerja sama itu amat penting. Tidak ada manusia yang dapat hidup dengan sendirinya. Dalam berelasi pun perlu sikap bijak dalam mengolah setiap pengalaman menjadi lebih bermanfaat dan membahagiakan.

Keenam, menseriusi pendidikan sebagai bagian hidup yang amat penting. Edukasi termasuk kebutuhan yang harus dipenuhi. Pendidikan menjadi sarana seseorang mengenal diri, keluarga, lingkungan masyarakat, dan dunia yang begitu luas ini. Orang yang berpendidikan dan matang akan selalu mengusahakan yang terbaik. Orang yang berpendidikan selalu ingin maju dan berbahagia. Sekalipun, masih daring, hendaklah kesempatan belajar dinikmati dan dimantapkan agar kehidupan ini tidak begitu-begitu saja. Orang Batak bilang, halak na bisuk nampuna hata, halak na oto tu panggadisan. Orang bijaklah yang mampu berkata-kata, sementara yang bodoh akan dijual.

Ketujuh, optimis dan berdaya juang tinggi. Kalau dilihat pada zaman sekarang, situasi pandemi, kalau kita tidak optimis menghadapi apa yang ada, kita akan jatuh dan tak bisa apa-apa. Sebaliknya, sekalipun sedang terpuruk dan dicurigai orang lain, tetaplah optimis dan berjuang membuktikan bahwa kita bisa melalui kesulitan yang kecil dan besar. Sekaligus, kita membagikan energi postif itu kepada yang lain, agar mereka semakin berbahagia dan bersukacita mengisi hari-hari hidupnya. 

Sekali lagi, mari kita belajar dari "Klaus" yang sungguh menggugah rasa. Mari mengisi liburan natal dan tahun baru secara kreatif dan tetap memerhatikan protokol kesehatan. Film ini juga bisa ditonton ulang untuk tahun berikutnya, sebab saya yakin di tahun depan pun pasti kita tidak begitu ingat dengan alur dan nilai dari film ini. 

jesper-5fe21eedd541df6dcb58af78.jpg
jesper-5fe21eedd541df6dcb58af78.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun