"Kasih itu harus dialirkan, Frater!", ucap seorang ibu kepada saya saat sedang mengemas barang yang hendak dibagi.
Demikianlah hingga Juni kegiatan tersebut berlangsung. Saya dan rekan kerja berusaha mencari dan menghubungi orang-orang "berada" untuk mau berbagi kasih kepada keluarga yang sungguh membutuhkan pangan dan obat-obat.Â
Saya juga menyisihkan sebagian dari isi dompet untuk saya sumbangkan. Dalam hati saya berdoa dengan tulus, "Tuhan, Kau ingat bagaimana Kau bisa beri makan banyak orang dengan 5 roti dan 2 ikan saja? Kiranya perbuatlah lagi mukjizat itu di sini dan saat ini!".Â
Sebagian bantuan kami berikan kepada penarik becak, pemulung, tunawisma, bahkan orang yang "sakit jiwa". Selain itu, sembari bekerja sama dengan sebuah perusahaan, kami berbagi paket gizi kepada anak-anak sekolah. Setelahnya kami menyantuni keluarga-keluarga yang sungguh kurang mampu membeli keperluan hidup dan sekolah anak.
Saya sungguh bersyukur bisa ikut dan terjun dalam aksi kemanusiaan seperti ini. Bahagia rasanya ketika melihat orang lain bahagia, terlebih mereka yang tidak punya apa-apa untuk dikembalikan kepada saya sebagai balas budi. Pengalaman berbagi paket makanan seperti ini memberikan motivasi kepada saya, bahwa anugerah dari Tuhan harus dibagikan kepada orang lain, kenal atau tidak kenal.
Dan sungguh lebih membahagiakan rasanya, ketika orang yang tidak saya kenal lupa untuk mengucapkan terima kasih, karena menangis menahan haru karena masih bisa mendapat makanan meski untuk satu kali makan. Dari satu tempat, kami mesti berputar ke tempat lain, menyusuri jalanan yang disinggahi para penarik becak sepeda (sebagai prioritas).
Tidak mudah. Butuh waktu yang lama, sambil memutar stir mobil, kami meneliti pinggiran jalan manatau ada penarik becak sepeda yang akan diberi paket makan. Capek memang, tetapi rasa itu sirna oleh kebahagiaan yang saya dapat lewat kegiatan ini.
Kadang kami melihat mereka tertidur di becaknya menunggu sewa yang tak kunjung datang. Kadang kami melihat mereka kedingingan di balik mantel hujan menunggu sewa yang membutuhkan tumpangan saat hujan.
Sungguh masih banyak pula orang tua yang setia mendayung sepedanya ke lorong-lorong perumahan. Manatau ada orang yang mau "menyewa" tenaga kedua kakinya.
Sungguh ini adalah pengalaman aktual yang sangat membahagiakan. Memang, dari segi dana, tidak seberapa yang saya bagikan. Saya juga bergerak atas nama yayasan. Namun, dari waktu, tenaga, perhatian, dan kesabaran menjadi persembahan saya untuk mereka. Saya menjadi jembatan penghubung. Saya begitu menikmatinya.