Mohon tunggu...
Tian Hite
Tian Hite Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Kristian Sihite adalah seorang fotografer asal Yogyakarta, menggunakan keahliannya dalam memotret untuk menggambarkan realitas sosial, politik, dan budaya yang seringkali terabaikan atau diabaikan oleh masyarakat. Kristian berusaha untuk memberikan suara kepada mereka yang sering kali tidak memiliki platform untuk berbicara.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Objektivitas dalam Fotografi Dokumenter

25 November 2023   14:25 Diperbarui: 25 November 2023   14:38 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Clark berpendapat bahwa sebagian besar karya Lewis Hine termasuk dalam kategori ini karena ia mendokumentasikan pokok bahasannya dalam kaitannya dengan pertanyaan sosial dan budaya yang lebih luas. Saya berpendapat bahwa Vietnam Inc. milik Jones Griffith adalah contoh yang lebih baik dengan konteks aslinya tetap dengan menyajikan narasi dalam bentuk foto dan esai sastra, pemikiran Griffiths tertanam dalam teks dan esai.

Fotografi Dokumenter dan Objektivitas

Cara termudah untuk memecahkan teka-teki ini adalah dengan membuang gagasan pengujian objektivitas. Jika kita menerima bahwa tidak ada foto dokumenter yang benar-benar objektif, maka kita akan merasa lebih aman dengan mengakui bahwa foto tersebut bersifat subjektif, dan merupakan sudut pandang pribadi dan harus dibaca seperti itu.

Foto dokumenter ibarat kolom editorial di sebuah surat kabar, ia merupakan opini. Jika sekarang kita menerapkan uji konteks yang diperoleh dan mempertimbangkan bagaimana perjalanan foto dari pengambilannya sampai ke hadapan kita, kita dapat mempertimbangkan tingkat subjektivitasnya. Ini adalah tes yang lebih nyaman, lebih mudah untuk bertanya pada diri sendiri, apakah saya mempercayai penggambaran Koudelka tentang "Separation Barrier" di The Wall (7) atau tidak?

Namun, ini hanyalah plasebo dan bukan solusi, karena jawaban atas pertanyaan tersebut mungkin didasarkan pada apakah kita setuju dengan pendapat fotografer atau, lebih buruk lagi, apakah mereka memberikan pendapat yang sama dengan yang kita sampaikan bahkan sebelum melihat fotonya.

Bull berargumen bahwa jika, seperti yang dikatakan Grierson, "fotografi dokumenter adalah perlakuan kreatif terhadap realitas" maka apa yang tersisa dari realitas setelah diolah secara kreatif? Jawabannya mungkin hanya sebanyak yang ingin kita percayai saja.

Pustaka

(1) Bull, Stephen. (2010) Photography. Kindle Edition published in the Taylor and Francis e-Library 2009. London: Routledge  

(2) Badger, Gerry (2007) The Genius of Photography: How Photography has Changed Our Lives. London: Quadrille.  

(3) Sontag, Susan (2003) Regarding the Pain of Others. Penguin Books 2004 Kindle edition. London, Penguin Books  

(4) Clarke, Graham. 1997) The Photograph. Oxford. Oxford University Press.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun