Mohon tunggu...
Erwin Basrin
Erwin Basrin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas dan Bekerja di Akar Foundation

Aku ini adalah seseorang yang berharap menjadi jutaan rintik hujan yang turun di sore hari….Sebuah rintik hujan yang sederhana!!!, kesederhanaannya dalam menyapa, kesederhanaannya dalam memberikan kesejukkan dan kesederhanaannya dalan memainkan denting gerimisnya..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mendulang Asa di Tanah Sengketa

22 Oktober 2018   11:41 Diperbarui: 22 Oktober 2018   11:52 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dengan akses yang diberikan oleh Negara kepada Rakyat untuk mengelola hutan, berlahan tingkat kesejahteraan mereka mulai membaik. Begitu juga dengan tutupan hutan yang dulunya rusak akibat perambahan ilegal. "Iklim didusun sudah mulai dingin, dan beberapa mata air yang dulunya kering mulai mengalir" Cerita Pak Tarsono. 

Mereka bangga ketika Kepala Desa dan Ketua Gapoktan Hutan Kemasyarakatan di Air Lanang beberapa kami mendapatkan penghargaan oleh Presiden karena terbukti bisa memulihkan kondisi hutan. "Itu bentuk pengakuan bahwa rakyat bisa menjaga hutan bukan perusak hutan" Kata Anggi yang juga pengurus Koperasi Cahaya Panca Sejahtera bersama dengan Pak Tarsono. 

Anggi juga menceritakan jumlah produksi kopi semakin meningkat. "Selain tanaman kopi kami juga menanam pala, kemiri, jengkol, pinang, durian, dan aren". Dengan agrofoestry masyarakat, petani Hutan Kemasyarakatan tidak tergantung lagi dengan tanaman musiman kopi, di sela kopi mereka bisa memanen kemiri, pala, jengkol. "Dulu, sebelum Hkm ada masa paceklik kami panjang" Kata Anggi. Sekarang kami bisa menjual komoditi lain sambil menunggu panen kopi. Peningkatan kesejahteraan masyarakat bisa dilihat dengan banyaknya petani pengarap Hutan Kemasyarakatan membangun rumah, yang sudah tua ada banyak yang mendaftarkan naik haji. Bahkan sekarang mereka mulai suka pergi ke tempat-tempat wisata. 

"Dan, yang paling penting sebagian dari kami mulai terlepas dari jeratan utang ke tengkulak desa, cita-cita kami tengkulaklah yang akan tergantung dengan kami". Sambung Anggi dengan yakin.

Ini kunjungan saya yang kesekian kalinya sejak tahun 2010 ke Desa Tebat Pulau, desa ini bergeliat, warung-warung desa semakin banyak dan rami, tidak tampak lagi bapak-bapak yang duduk bersarung dengan tatapan kosong di teras-teras rumah. Teras rumah dijadikan parkiran sepeda motor, anak-anak sibuk dengan gadget, pedagang sayur berkeluyuran datang membawa kebutuhan sayur mayur dari pasar Ibu Kota Kabupaten. Hutan Kemasyarakatan, semoga Sejehtera Masyarakatnya dan Lestari Hutannya.!  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun