Pernah nggak? kamu melihat orang yang cantik/ganteng, pinter, berprestasi, punya banyak teman, karirnya sukses dan banyak kesempurnaan lainnya. Ibarat sebuah film, dia yang jadi tokoh utamanya. Yang selalu disorot dan terlihat paling bahagia. Sedangkan kamu ngerasa "kok hidupku gini-gini aja ya?" atau bahkan "ini kisah cinta saya kapan mulainya sih?" atau mungkin "sebenernya bakatku apa sih?" "aku nih kok nggak ada bagus-bagusnya ya?" "kayanya peran saya di dunia ini cuma figuran buat ngeliat keberhasilan, kebahagiaan, keuwuan orang lain deh"
Terkadang melihat keidupan orang yang terlihat sesempurna itu bisa memotivasi diri, dengan prinsip kalau orang lain bisa, aku pasti juga bisa. Terkadang kita pun dihadapkan dengan kenyataan bahwa setiap orang punya latar belakang yang berbeda. Atau bahasa gaulnya privilege, yang disebut sebut anak muda jaman sekarang sebagai "keuntungan istimewa" yang tidak semua orang bisa dapatkan. Akhirnya itu membuat kita jadi minder, insecure, malu. Merasa ketinggalan jauh, payah, dan ga ada apa-apanya dibanding orang-orang itu. Dan berujung pada overthinking soal masa depan.
Masalah ini tak hanya dialami satu atau dua orang namun banyak sekali orang dengan pemicu yang serupa. Dilansir dari forge.medium.com, sebuah meta analisis 2018 dari semua bukti yang terkumpul tentang perbandingan sosial mengungkapkan permasalahan yang jelas, yakni ketika seseorang membandingkan diri mereka sendiri dengan orang lain, mereka memilih untuk membandingan ke atas daripada ke bawah.Â
Mereka memilih membandingkan diri dengan orang yang lebih kaya, lebih populer, lebih sehat, dan berbagai daya tarik lain yang lebih dan lebih. Kemudian secara alami mereka merasa minder dengan hasil perbandingan itu.
Smartphone tak jarang jadi pelarian untuk mencari motivasi. Mungkin setumpuk kata-kata motivasi yang kita dapat sedikit membuat kita merasa lega, meskipun cuma sementara. Misalnya kalimat yang muncul dimana mana nih, "I don't care who is doing better than me. Because I'm doing better I was last year. It's me against me. Okay?". Itu kalimat yang sangat bagus untuk mulai berhenti membanding bandingkan diri dengan orang lain.Â
Tapi, begitu kita cek sosial media, rasa insecure itu muncul lagi. Segala pencapaian dan kebahagian orang lain yang mereka pamerkan di sosial media membuat kita selalu merasa tidak cukup. Kita sering minder karena postingan instagram orang lain, meskipun kita tahu kalau sosial media bukan dunia nyata. Meskipun kita tahu kalau semua orang hanya menampilkan versi terbaik dari diri mereka dan membangun image sebaik mungkin yang mereka mau di dunia maya.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan merasa demikian, tidak ada yang salah dengan membandingkan diri dengan orang lain. Tapi jika sudah berdampak negatif menjadi sumber perasaan minder dan insecure, sebaiknya mulai berhenti aja nggak sih? Tapi caranya gimana ya?
Pertama, ketahui dulu pemicunya.
Jika kamu ingin berhenti membandingkan dirimu dengan orang lain, cari tahu dulu pemicu terbesarnya. Apakah saat kamu scroll LinkedIn, apakah saat kamu scroll instargram, atau mungkin ketika kamu mendengar teman-temanmu pamer? Ada baiknya untuk menulis hal-hal tersebut serta bagaimana hal itu berdampak pada perasaan negatif terhadap diri kamu, dan mengapa itu membuang buang waktu.Â
Mungkin kamu bisa berhenti sejenak dengan puasa sosmed atau sekedar mute postingan akun-akun yang membuat kamu merasa minder dan isi feed sosmedmu dengan konten-konten yang lebih kamu butuhkan. Misalnya jika kamu sedang berusaha meningkatkan kemampuan berbahasa inggris, @jagobahasacom dan @kampunginggrislc menjadi pilihan yang bagus untuk mengisi feed instagram kamu dibandingkan mantengin foto teman-temanmu yang dapat juara satu speech contest. Bukan hanya itu, ada banyak sekali akun instagram yang bisa mendukung pengembangan diri kamu.Â
Misalkan kamu sedang belajar tentang desain, @dekgrafis dan @sekolah desain juga merupakan akun yang akan sangat bermanfaat jika kamu ikuti. Atau jika kamu suka nonton animasi jepang dan tertarik untuk belajar bahasa jepang, akun instagram seperti @pongoanimation, @belajarwibu, @auliasenpai akan menambah wawasan kamu tentang kosakata-kosakata bahasa jepang disela sela waktu luangmu ketika scroll instagram.Â
Ada lagi, akun instagram @kok bisa yang menjelaskan sains dengan animasi, dan akun instagram @satupersenofficial sebagai Indonesian Life School yang kontennya seolah ngerti banget sama masalah-masalah kamu.
Kedua, catat pencapaian-pencapaian kecil
Ketika kita membandingkan diri dengan orang lain, kita terlalu banyak menaruh perhatian pada kelebihan dan kekuatan orang itu dan mengabaikan kelebihan dan kekuatan diri sendiri. Itu semua membuat kita stuck ditempat daripada termotivasi untuk menjadi lebih baik. Jadi, buat catatan kecil tentang pencapaian-pencapaian tidak masalah besar atau kecil pencapaian itu selama itu membuat diri kita bangga.Â
Misalnya berhasil minum 8 gelas air putih hari ini, berhasil olahraga 30 menit hari ini, berhasil membaca satu buku hari ini, berhasil belajar hal baru hari ini, berhasil membantu orang lain hari ini dan banyak hal-hal lain yang mungkin akan membuat kita lebih bisa merealisasikan quotes "I don't care who is doing better than me because I'm doing beter than I was last year". Tulis semua yang kamu pikirkan tentang pencapaian-pencapaian kecilmu dan simpan di suatu tempat di mana kamu bisa melihatnya setiap hari.
Turut berbahagia sambil belajar dari keberhasilan orang lain
Mungkin ini mustahil dilakukan ketika kita merasa insecure. Namun jika kita sedikit mengubah sudut pandang bagaimana kita melihat keberhasilan orang lain, kita akan jauh dari perasaan gagal dan payah. Kenapa? karena keberhasilan orang lain bukan berarti kegagalan bagi diri kita. Ketika kita mendengar seorang teman yang pamer soal prestasinya, coba ubah pandangan itu dengan menganggap teman kita tersebut ingin berbagi kebahagiaan atas keberhasilannya.Â
Tetap fokus pada apa yang ia ceritakan daripada mengalihkannya pada diri sendiri. Pikirkan apa yang bisa kita pelajari dari keberhasilannya dibandingkan memikirkan usaha-usaha kita yang belum berhasil.
Misalnya ketika kita mendengar seorang teman yang bercerita bahwa ia baru saja mendapatkan beasiswa, kita bisa menanyakan darimana ia mendapatkan informasi, bagaimana metode ia belajar, apa saja tantangan yang ia hadapi, apa saja tips and trick mendapatkan beasiswa dan masih banyak lagi. Hal itu akan membuat kita belajar dari pengalaman orang lain yang bisa membuat kita selangkah lebih maju dibandingkan sekedar iri dan minder.
Fokus dan bersyukur dengan apa yang kita miliki
Bersyukur memang agak membosankan untuk dijadikan sebuah kata motivasi. Namun untuk berhenti membandingkan diri dengan orang lain, memulai sebuah gratitude journal adalah cara yang sangat baik untuk dilakukan. Istirahat sejenak dari kesibukan dan menulis semua hal yang kita syukuri. Habiskan waktu dan energi dengan berfokus pada seberapa banyak yang kita miliki.
Keluarga, saudara, Â teman, sahabat, kesehatan, tempat tinggal, pekerjaan, kesempatan menempuh pendidikan yang baik, dan masih banyak lagi. Bersyukur mulai dari bangun tidur karena Tuhan masih mengizinkan kita untuk menghirup nafas segar hari ini, bersyukur karena Tuhan masih mengizinkan kita membuka mata untuk melihat dunia, bersyukur karena Tuhan masih mengizinkan kita untuk berjalan dan memulai hari.Â
Dengan demikian, kita akan memiliki banyak alasan untuk bersyukur daripada insecure. Ketika suatu saat mendapati diri dalam perasaan negatif, membaca catatan ini akan mengingatkan kita tentang hal-hal positif dalam hidup kita.
Focus on the quality of your life, not the quantity of your likes. Semoga bermanfaat :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H