Shah Rukh Khan, tepat sebulan lalu tanggal 12 Februari baru saja membagikan postingan 11 tahun sejak dirilisnya film My Name Is Khan. Bersamaan dengan fotonya yang gagah, superstar itu menulis, “Find celebrating ‘X’ number of years of a film on social media repetitive, as it become more like yearly birthday wish rather than a milestone. But just saw #11YearsOldMyNameIsKhan and felt like saying, I think everybody involved with the film did a very fine job of it.” Menurutnya, itu lebih seperti ucapan selamat ulang tahun daripada sebuah pencapaian. Namun ketika melihat hasgtag #11YearsOfMyNameIsKhan, membuatnya merasa ingin mengatakan bahwa semua orang yang terlibat dengan film itu melakukannya dengan sangat baik.
Tidak heran, memang ada banyak sesuatu yang benar-benar luar biasa tentang menemukan film yang tidak hanya menarik perhatian dengan orisinalitasnya, tetapi juga menyentuh hati penonton dengan pesan yang disampaikannya. Dan saat Bollywood, sebuah industri terkenal membuat film yang merepresentasikan realita islamophobia setelah tragedi 9/11, itu semua menjadi lebih menarik ketika menyaksikan sebuah film digunakan untuk menyoroti masalah sosial yang penting dan relevan hingga sekarang.
Sebuah drama yang dirilis tahun 2010 yang disutradarai oleh Karan Johar dan diproduksi oleh FOX Star Entertainment, My Name is Khan berkisah tentang seorang muslim penyintas autism sindrom asperger yang tinggal di Mumbai, India. Di awal film, terdapat adegan dimana terjadi bentrok antara sekelompok orang-orang hindu dan muslim di daerah tempat Rizwan kecil tinggal, ada sebuah pesan toleransi yang dalam ketika Razia Khan, ibu Rizwan Khan mengatakan sesuatu pada putranya dimana manusia di dunia ini hanya dibedakan dari baik atau buruk perilakunya, terlepas dari agama apa yang dipeluknya, ras, golongan, atau apapun itu.
Rizwan Khan tumbuh bersama saudaranya Zakir dan ibunya di sebuah keluarga kelas menengah di bagian Borivali di Mumbai. Rizwan berbeda dengan anak-anak lainnya dan tidak ada seorang pun, termasuk ibunya, yang mengerti autism yang dideritanya. Namun, ia memiliki bakat tertentu, terutama kemampuan khusus untuk memperbaiki mesin yang rusak. Rizwan pun mendapat perhatian lebih dari ibunya dan menyebabkan kecemburuan dari saudaranya Zakir, yang akhirnya meninggalkan keluarganya untuk hidup di Amerika Serikat.
Setelah dewasa dan menikah Zakir membawa Rizwan untuk datang dan tinggal bersamanya di San Francisco setelah kematian Ibunya. Saat inilah istri Zakir yang merupakan seorang dosen psikologi, Haseena, mendiagnosis Rizwan mengidap sindrom asperger, kelainan yang menyulitkan orang untuk berinteraksi secara sosial. Rizwan juga mulai bekerja untuk Zakir sebagai penjual produk kecantikan herbal mehnaz dari perusahaan adiknya dan dalam prosesnya ia bertemu dengan seorang wanita Hindu, Mandira yang diperankan oleh Kajol, dan putranya yang masih kecil bernama Sameer atau Sam, dari pernikahan sebelumnya. Sempat ditentang Zakir karena perbedaan agama, Rizwan tetap pada pendiriannya bahwa ia percaya manusia hanya dibedakan dari baik atau buruk perilakunya. Akhirnya mereka menikah dan menetap di kota Banville, di mana Mandira dan Sameer mengambil nama belakang Rizwan sebagai nama belakang mereka juga. Mereka juga tinggal bertetangga dengan keluarga Garrick. Sam juga dekat dengan putra mereka, Reese. Mark, ayah Reese adalah seorang jurnalis dan Sarah adalah teman dari Mandira.
Kebahagiaan keluarga Khan hancur setelah serangan 11 September di menara kembar World Trade Center (WTC) di New York City yang mengatasnamakan Islam. Bersamaan dengan Mark (ayah Reese) yang meninggal saat pergi untuk meliput perang di Afghanistan. Suatu sore, pertengkaran di antara Sameer dan Reese yang berawal karena Reese merasa kematian ayahnya adalah salah orang-orang Islam, berubah menjadi perkelahian halaman sekolah bermotif rasial antara Sam dan sejumlah siswa lain. Reese mencoba menghentikan perkelahian tetapi Sam terlanjur terluka parah hingga meninggal. Mandira yang hancur karena kematian putra semata wayangnya menyalahkan Rizwan bahwa meninggalnya Sameer disebabkan karena terdapat unsur islam (Khan) dalam nama Sameer. Mandira kemudian mengatakan bahwa dia tidak lagi menginginkan Rizwan dalam hidupnya. Ketika dia bertanya padanya apa yang harus dia lakukan untuk menjadi bagian dari hidupnya, dia mengatakan kepadanya bahwa dia harus memberi tahu orang-orang Amerika Serikat, dan Presiden bahwa namanya Khan dan dia bukan teroris.
Rizwan kemudian memulai perjalanan yang membawanya dari satu negara bagian AS ke negara bagian lain (termasuk Georgia, di mana dia berteman dengan Mama Jenny) untuk pertama kali bertemu dengan Presiden George W. Bush dan kemudian Barack Obama. Selama pencarian ini, dia ditahan dan kemudian dibebaskan dari Bandara San Francisco. Kemudian, di Los Angeles, dia beribadah di Masjid dan mendengar doktrin gerakan perlawanan dari sekelompok ekstrimis yang dipimpin Dr. Faisal Rehman. Dia melaporkan ini ke FBI tetapi tidak ada tanggapan pada saat itu. Kemudian, saat menunggu di tengah kerumunan untuk bertemu dengan Presiden Bush dan mengulangi lagi dan lagi, meneriakkan "My name is Khan and I’m not a terrorist" Rizwan ditangkap dan ditempatkan di penjara oleh polisi yang salah menafsirkan pernyataannya.
Selama di penjara dia disiksa sebagai tersangka teroris dan kemudian bertemu dengan psikiater yang percaya dia tidak bersalah. Dia kemudian dibebaskan setelah kampanye media oleh dua wartawan mahasiswa India, Raj dan Komal dan Bobby Ahuja membuktikan bahwa dia tidak bersalah dengan mengungkap upayanya untuk memberi tahu FBI tentang Dr. Faisal Rehman. Setelah dibebaskan, dia kembali ke Georgia yang dilanda badai untuk membantu Mama Jenny dan putranya, dan juga memperbaiki gereja yang digunakan orang-orang berlindung pada saat badai itu terjadi. Usahanya menarik perhatian media dan banyak Muslim datang untuk membantu juga. Di saat yang sama, Reese mengaku kepada Mandira dan mengungkapkan identitas anak laki-laki yang memukuli Sam dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
Setelah mereka diadili, dia bergabung dengan Rizwan di Georgia. Saat tiba, Rizwan ditusuk oleh pengikut Dr. Faisal Rehman dan dilarikan ke rumah sakit. Dengan bantuan Mandira, dia bertahan dan bertemu dengan Presiden terpilih Barack Obama yang kemudian langsung mengatakan sesuatu kepadanya: "Your name is Khan, and you are not a terrorist"
Setelah berbagai tragedi mengerikan menghancurkan mereka, Rizwan menemukan dirinya dalam perjalanan yang mengharukan untuk memenangkan kembali hati wanita yang dicintainya, dan membuktikan bahwa islam adalah kedamaian bagi alam semesta.
Adegan pengambilan gambar yang indah dikombinasikan dengan musik dan tulisan membuat kisah tak terlupakan yang membuat penonton terkagum-kagum lama setelah kredit mulai bergulir. Mengusung tema patriotisme, individualitas, identitas, dan cinta tanpa syarat, ada ruang bagi setiap orang untuk menemukan bagian dari diri mereka sendiri dalam cerita ini.
Perjuangan protagonis dengan sindrom Asperger membentuk narasi dan perspektif yang unik, dan eksplorasi hubungannya memberikan wawasan yang lebih dalam tentang kepribadiannya yang jujur dan polos. Rasisme, hubungan Hindu-Muslim, dan retorika Islamofobia di Amerika Serikat pasca-9/11 adalah komponen utama film ini, yang menarik perhatian pada kompleksitas di balik setiap masalah.
Tidak seperti karakternya yang playboy dan romantis di film Kuch Kuch Hota Hai atau Dilwale Dulhania le Jayenge, pembawaan yang super cool di film Happy Ner Year dan Jab Tak Hai Jaan, ataupun jenaka di film Chennai Express, Shah Rukh Khan memperlihatkan kesan yang benar-benar baru untuk karakternya di My Name is Khan. Ia dengan sempurna memerankan kecanggungan Rizwan yang pemalu, ekspresi wajah yang polos, sikapnya yang aneh seperti berjalan setangah melompat, menirukan perkataan orang lain, takut dengan warna terang dan suara bising, selalu menggenggam batu kerikil, dibalut dengan kecerdasan dan pesona yang sempura.
My Name Is Khan termasuk dalam deretan film terlaris pada tahun 2010 serta menyabet 10 mominasi di ajang penghargaan bergengsi, Filmfare Awards ke 56 dan memenangkan penghargaan Best Director, Best Actor, dsn Best Actrees.
Film ini merupakan bukti bahwa pesan-pesan keberagaman dan kesetaraan dapat ditampilkan untuk merangsang perubahan dalam masyarakat. Terutama di era Trump, ketika Muslim-Amerika menghadapi lebih banyak reaksi dan kebencian, pesan-pesan untuk menjunjung tinggi toleransi semacam ini sangat penting dan perlu dipahami semua orang.
Tertarik rewatch My Name Is Khan? Jangan lupa siapkan tissue yang banyak yaa :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H