Selain itu banjirnya produk produk kecantikan yang menggunakan ‘embel-embel’ white beauty, white secret, flawless white secara tidak langsung menanamkan anggapan bahwa kita harus putih jika mau disebut cantik. Tapi ini fakta. Alih alih menggunakan kata “cantik” biasanya masyarakat kita lebih memilih kata “hitam manis” untuk memuji perempuan berkulit gelap. Itupun untuk perempuan dengan kondisi fisik tertentu yakni berwajah mulus tanpa jerawat, berbadan kurus langsing dan hidungnya mancung.
Inferioritas ini memang sangat meresahkan khususnya di kalangan remaja putri yang dikit-dikit insinyur eh insecure. Meskipun mereka tidak benar benar membenci kulitnya yang berwarna sawo matang, pada akhirnya banyak dari mereka yang terpaksa mengikuti standar kecantikan yang ada.
Mengusahakan berbagai cara untuk menjadi semirip mungkin dengan bule. Atau paling tidak kulitnya harus berubah menjadi putih bagaimanapun caranya, tidak peduli apakah produk kecantikan yang mereka gunakan baik atau tidak untuk kulit, hanya agar diperlakukan dengan baik oleh orang lain. Alhasil tidak sedikit perempuan yang mengalami masalah pada kulitnya akibat kosmetik yang mereka gunakan.
Memang hampir tidak mungkin untuk menghapus pandangan bahwa bule atau ras kulit putih lebih superior daripada ras kita. Namun setidaknya kita menyadari bahwa tidak ada yang salah dengan kulit sawo matang atau kulit hitam kita.
Tidak ada yang salah dengan hidung pesek kita. Tidak ada yang salah dengan tinggi badan kita. Perlahan lahan jika kita sadar, kita akan mampu mengedukasi orang-orang di sekitar kita untuk menciptakan pandangan yang baik terhadap semua ras, semua warna kulit, semua manusia.
Embrace your flaws! 😊
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H