Siklus ini bagi setiap diri kadangkala menyakitkan ibarat pisau atau belati atau pisau pahat.
Jiwa kita ibarat Batang kayu yang tengah diukir dan disempurnakan oleh pemahat yang akhli.
Setiap tusukan pisau dan potongan serta irisan pisau takdir itu selalu menyakitkan bagi jiwa
Batang yang yang dipahat dan disempurnakan hanya akan menyenangkan
TENTUNYA Menyenangkan sang pemahat
dan menyenangkan mereka yang melihatnya, menikmati hasil karya sang PEMAHAT
Ikut, nurut, patuh dalam setiap tusukan dan irisan pisau pahat ini
BIARKAN TUHAN MENYEMPURNAKAN JIWA KITA MENURUT RENCANANYA
Lalu coba amati saja
Apakah orang lain akan mulai melihat keindahan hasil pahatan Tuhan
Terus dan terus amati
Bukan indah menurut pendapat diri sendiri
Tetapi orang lain yang akan merasakan keindahan hasil ukiran Tuhan dalam jiwa kita
Atau contoh lain seperti seekor anjing kecil
Yang tengah diperindah, digunting kukunya, rambutnya dan lain-lain
Bila nurut maka hasilnya mudah, dan indah tentunya
Namun bila bandel dan berontak, justru akan menyakitkan
Demikian siklus takdir
Bisa juga dengan sebuah permisalan lain
Takdir adalah seumpama Tuhan sedang menyulam jiwa kita
jiwa yang seumpama kain putih
tengah disulam dengan benang warna-warni dari langit
ada merah, putih, biru beraneka warna