Wanita yang akrab disapa dengan sebutan Teh Ayung ini mengaku bahwa hambatan utama datang dari dinas. Menurutnya, saat ada ajakan untuk bersinergi dalam meningkatkan literasi, selalu ada pertimbangan yang akhirnya menjadi kendala. "Sebetulnya mereka tidak perlu mempertimbangkan sesuatu, tapi mungkin ada hal-hal yang mereka pertimbangkan diluar sepengetahuan kita," ucapnya.
Beberapa halangan yang kerap kali ia alami adalah sulitnya untuk mengatur pertemuan dengan dinas terkait. "Sulit bagi kita meminta waktu untuk sebuah pertemuan karena terbentur masalah anggaran. Padahal, pertemuan pasti diajukan untuk membahas keberlangsungan literasi, khususnya literasi untuk perempuan yang seharusnya diperhatikan oleh pemerintah," terangnya.
Dukungan dari berbagai elemen masyarakat dan pemerintah memang diperlukan. Selain sebagai wadah aspirasi, hadirnya pemerintah dan tokoh-tokoh penting yang membersamai langkah para perempuan ini tentu akan memberikan dampak baik bagi keberlangsungan pergerakan. Ruang aman yang memberdayakan tidak lagi menjadi wacana seremonial saja, tapi terlihat dalam wujud aksi nyata yang melahirkan karya baru. Bersama-sama, Tasikmalaya siap menjadi rumah yang bisa membuat banyak perempuan bersinergi dan menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H