"Saya menemukan daun ini, Pak. Ada empat daun saya temukan di empat lokasi berbeda, masing-masing agak jauh dari bangkai kucing. Bahkan satu daun ini masih melekat hidup di rantingnya."
Daun bertuliskan deretan empat angka '2624', '2424', '2627', '2824' dalam kantong plastik itu di pegangnya dengan hati-hati. Angka itu ditulis dengan cat kuku. Cukup cantik dilihat, mengingatkannya pada souvenir pernikahan. Pasti pelaku sudah menyiapkan segalanya sebelum bertindak.
Mendapat temuan yang kira-kira menjadi bukti baru, sang polisi muda mengurungkan niat untuk pergi. Dia kembali ke ruangannya bermaksud memecahkan teka-teki empat angka itu. Dia mengambil kertas, kemudian mencoret-coretnya.
"Ah, kopstanta kaprekar!" serunya bahagia.
6422-2246 = 4176
7641-1467 = 6174
Dari 4 angka pertama sudah ditemukan hasil 6174 yang merupakan teori kopstanta kaprekar. Kembali dia berpikir, hasil akhir ini merujuk pada apa? Angka ini seharusnya menjadi petunjuk. Dan jika pelaku sengaja meninggalkan petunjuk, dia ingin dilacak. Huft, merepotkan saja.
"Pak Romi, bisa minta tolong ke bagian forensik untuk mencocokkan tulisan?" pintanya pada sang rekan melalui telepon.
Pak Romi masuk ruangan mengambil daun dan berlalu. Polisi muda itu kembali berkutat pada angka-angka tersisa yang semua merujuk pada deretan angka yang sama yaitu '6174'. Pelaku pasti mengarahkan pada satu tempat atau satu sosok. Kemungkinan sementara, kasus ini adalah pengalihan perhatian.
"Ketemu!" serunya lagi.
Bersamaan dengan itu, rekannya dari pusat pengendali kamera pengawas menelepon bahwa CCTV disabotase. Rekaman pada waktu peletakan bangkai, telah dipotong. Petugas pengawas sudah diamankan.
Sementara di sebuah ruangan, seorang pria sedikit tambun duduk berhadapan dengan lelaki kurus tinggi. Mereka saling memandang cukup sengit, dibalut senyum licik. Jari masing-masing mengepit sebatang rokok yang dibiarkannya terbakar tanpa diisap.
"Saya sudah membantu Anda banyak. Apakah hanya ini yang bisa Anda beri?" Amplop coklat besar ditimangnya.