Mohon tunggu...
Thyrhaya Andini Z. Simanjuntak
Thyrhaya Andini Z. Simanjuntak Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Writing some issues about gender, mental health, and human being.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Menelusuri Penderitaan Eksistensial dalam Karangan No Longer Human oleh Osamu Dazai

4 Desember 2024   13:40 Diperbarui: 4 Desember 2024   13:44 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjalankan kehidupan yang bersifat paksaan untuk menyamakan stereotipe masyarakat hanya akan membuat seorang manusia terisolasi dari inti jiwanya sehingga lambat laun ia tidak akan lagi merasakan bahwa ia benar-benar 'hidup'. 

Melalui karya Dazai tersebut yang menceritakan pencarian makna hidup seseorang, karya tersebut juga menjadi sebuah senjata sebagai kritik tajam terhadap norma-norma sosial yang kerap mengendalikan kehidupan seseorang, tanpa memberikan celah bagi seseorang untuk benar-benar menemukan jati diri mereka sebenarnya. 

Kekosongan secara mendalam dan perasaan terasingkan di dunia fana ini menjadi inti dari penderitaan eksistensial itu sendiri.

Keterasingan yang dialami oleh suatu individu dalam bermasyarakat disebabkan oleh nilai-nilai sosial yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai sosial yang mengendalikan kehidupan seseorang hanya akan berujung menciptakan kehidupan sosial sebagai sesuatu yang asing. Menjalankan aturan sosial yang telah ditetapkan tanpa dipertanyakan keberadaannya. 

Menjalankan kehidupan seperti ini hanya akan menimbulkan pertanyaan seperti, "Sebenarnya aku hidup untuk apa?" yang hanya akan mengakibatkan seseorang merasa asing dengan kehidupan sebagai manusia dan terjebak dalam ekspektasi sosial yang akan berisiko pada ketidakmampuan dalam memenuhi harapan-harapan sosial yang menyebabkan perasaan hina dan ketidakberdayaan.

Tidak sedikit manusia mengisi kekosongan dalam hidupnya dengan meraih berbagai pengakuan sosial yang didapat dari peran yang dimainkan dalam sistematis kehidupan, seperti berhubungan dengan orang lain, memperoleh jabatan, berkecimpung dalam seni atau dunia hiburan, dan sebagainya. 

Peran sosial yang dimainkan oleh setiap individu hanya diperuntukkan untuk keberadaannya diakui sehingga manusia harus melakukan sesuatu dan berjuang agar dirinya dianggap ada dan diakui. Seseorang harus memenuhi ekspektasi sosial untuk mencari makna dari kehidupan yang dia jalani. Namun, mendapatkan pengakuan dari memenuhi ekspektasi sosial tersebut hanya bersifat sementara dan tidak membawa perubahan yang berarti. 

Semua fenomena tersebut menunjukkan bahwa pencarian makna kehidupan dengan mengandalkan kepuasan manusiawi tidak akan pernah memuaskan jiwa yang kosong. Sejatinya makna hidup tidak bisa ditemukan dalam kepalsuan dunia yang dipenuhi oleh harapan palsu, penghinaan, dan ilusi yang kerap membawa kita pergi jauh dari kedamaian batin. 

Menciptakan kehidupan yang benar-benar memuaskan sangat sulit dan kita tidak akan pernah tahu bagaimana cara menjalani hidup yang benar karena kita hanya punya satu kehidupan. Manusia yang menjalankan hidup dengan berfokus pada standar yang ditetapkan oleh masyarakat hanya akan berujung dengan menghancurkan dirinya sendiri secara perlahan.

Berdasarkan yang dialami oleh Oba Yozo, perasaan terasingkan oleh dunia dan pencarian makna hidup yang tak kunjung mendatangkan jawaban mampu membuat seseorang merasa putus asa dan berakhir untuk melarikan diri dari kehidupan itu sendiri. 

Ketika seseorang tidak mampu menemukan cara untuk merasa diterima dalam bermasyarakat atau menyatukan kehidupan serta jati diri mereka dengan otentisitas, maka perasaan kosong ini akan tumbuh dan merusak segala aspek kehidupan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun