Mohon tunggu...
Sella Nabilla
Sella Nabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi saya menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Apakah Anak Ambis Selalu Salah? Perspektif Dibalik Ketidaksukaan

6 Desember 2024   11:22 Diperbarui: 6 Desember 2024   11:51 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Anak-anak yang sering dilabeli ambis---singkatan dari ambisius---kini menjadi sorotan di banyak lingkungan, baik di sekolah, kampus, maupun tempat kerja. Namun, label ini sering kali datang dengan konotasi negatif. Banyak yang menganggap anak ambis terlalu berlebihan, egois, atau bahkan tidak peduli dengan lingkungan sosial. Pertanyaannya adalah: apakah sikap ambisius ini selalu salah, atau ada hal lain yang mendasari ketidaksukaan terhadap mereka?

Mengapa Anak Ambis Tidak Disukai?

Ketidaksukaan terhadap anak ambis sering kali muncul dari persepsi bahwa mereka terlalu menonjol. Mereka dianggap terlalu berorientasi pada pencapaian pribadi, misalnya berlomba-lomba mendapatkan nilai terbaik, menjadi pemimpin di berbagai organisasi, atau selalu ingin "terlihat" unggul di hadapan guru atau atasan.

Bagi sebagian orang, sikap seperti ini dianggap mengintimidasi. Rekan-rekan mereka mungkin merasa tertekan karena standar tinggi yang diciptakan oleh anak ambis. Rasa iri atau minder juga bisa menjadi pemicu. Selain itu, anak ambis sering dianggap "menghalalkan segala cara," meskipun asumsi ini tidak selalu benar.


Dibalik Ambisi: Perspektif yang Jarang Dilihat

Namun, penting untuk melihat sisi lain dari cerita ini. Anak ambis sering kali memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan mereka, bukan semata-mata untuk "mendominasi" orang lain. Dalam banyak kasus, mereka tumbuh di lingkungan yang menuntut mereka untuk berprestasi, baik karena dorongan keluarga, tekanan sosial, atau cita-cita besar yang ingin mereka wujudkan.

Misalnya, seorang anak yang aktif dalam berbagai kegiatan mungkin memiliki mimpi besar untuk membantu keluarganya keluar dari kesulitan ekonomi. Atau, ada pula yang merasa memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat melalui pendidikan atau karier mereka.

Alih-alih memandang mereka sebagai ancaman, kita bisa mencoba melihat bahwa ambisi mereka adalah bentuk pengabdian kepada masa depan.


Ambisi Tidak Sama dengan Egoisme

Salah satu kesalahan terbesar dalam menilai anak ambis adalah menganggap mereka egois. Padahal, banyak dari mereka yang sebenarnya peduli dengan lingkungannya. Mereka hanya memiliki cara berbeda untuk mengekspresikan kepedulian tersebut.

Sebagai contoh, seorang siswa yang selalu ingin menjadi ketua kelompok mungkin tampak seperti ingin mengontrol, tetapi bisa jadi ia hanya ingin memastikan bahwa pekerjaan selesai dengan baik. Di dunia profesional, mereka yang ambisius cenderung mendorong tim untuk mencapai target yang sulit.

Mengelola Persepsi dan Ekspektasi

Daripada memandang anak ambis dengan stigma negatif, kita perlu menciptakan ruang untuk diskusi yang sehat. Anak ambis juga perlu belajar bahwa ambisi tanpa empati dan kerja sama dapat menjadi bumerang. Sebaliknya, mereka yang merasa tidak nyaman dengan anak ambis dapat mencoba memahami motivasi di balik sikap tersebut.

Masyarakat kita membutuhkan keseimbangan. Ambisius itu baik, tetapi perlu diiringi dengan sikap rendah hati dan kesadaran sosial. Sebaliknya, ketidaksukaan terhadap ambisi juga harus diatasi dengan introspeksi: apakah kita tidak suka karena mereka benar-benar salah, atau hanya karena kita merasa tidak mampu mengimbangi mereka?

Kesimpulan


Anak ambis tidak selalu salah. Ambisi adalah bahan bakar untuk kemajuan, tetapi cara kita menyalurkannya harus dipertimbangkan. Daripada menghakimi, mari saling memahami. Dunia ini membutuhkan orang-orang dengan mimpi besar, tetapi juga membutuhkan mereka yang bisa menjaga harmoni di dalamnya. Dengan perspektif yang lebih inklusif, mungkin kita bisa melihat anak ambis sebagai inspirasi, bukan ancaman

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun