Tetangga kami mulai kebingungan. Pasalnya, wastafel di rumah mereka mulai tergenang air dan terlihat sudah ada air yang menetes di lantai dapur.
Selidik punya selidik, ternyata anggota keluarga tetangga sering membuang minyak bekas gorengan ke dalam wastafel. Padahal membuang minyak ke dalam wastafel, tidak disarankan. Cepat atau lambat, hal itu akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
Bisa dibilang kalau minyak yang dibuang ke dalam wastafel, lambat laun dapat menyebabkan penebalan, pembekuan, dan pengendapan pada lapisan pipa. Hal inilah yang dapat menyebabkan air tidak mengalir dengan lancar, atau yang berujung mampet.
Intinya, kelalaian pembuangan limbah domestik seperti ini, justru dapat menimbulkan masalah, bahkan tidak jarang harus mengeluarkan biaya tambahan yang lumayan besar untuk menyelesaikannya.
Oleh karena itu, sudah saatnya setiap orang meningkatkan kesadaran diri untuk tidak membuang minyak goreng bekas ke dalam wastafel.
Melalui pengalaman tetangga tersebut, keluarga kami pun benar-benar memperhatikan pembuangan limbah domestik semacam ini. Misalnya, sebelum mencuci peralatan masak dan perlengkapan makan di wastafel, kami terlebih dahulu memisahkan dan menampung minyak goreng bekas dan sisa-sisa makanan.
Beruntungnya, sekarang minyak goreng bekas yang kami tampung itu, ternyata ada yang mau membeli. Katanya, untuk didaur ulang. Selain kami telah turut menjaga lingkungan, ternyata kebiasaan itu dapat menghasilkan uang. Uangnya pun dapat digunakan kembali untuk membeli minyak goreng baru.
Itu hanyalah salah satu upaya untuk menangani limbah domestik. Sesungguhnya ada banyak upaya lain yang dapat digunakan untuk mengamankan limbah domestik.
Ngomong-ngomong, sudah pernah mendengar istilah limbah domestik?
Limbah domestik itu merupakan limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga melalui berbagai aktivitas yang dilakukan setiap harinya.