Sudah pernah mendengar istilah diakronik?Â
Diakronik adalah sebuah konsep yang bisa ditemukan dalam pembelajaran sejarah. Diakronik itu sendiri, berasal dari bahasa latin, yakni dia dan chronicus. Dia artinya melalui atau melampaui. Sementara chronicus artinya waktu.
Bila diartikan, maka diakronik itu dapat diartikan sebagai sesuatu yang memanjang dalam waktu dan menyempit dalam ruang.
Atau bisa juga dikatakan bahwa berpikir diakronik tersebut adalah berpikir secara kronologis atau adanya urutan peristiwa berdasarkan waktu terjadinya.
Pertanyaannya, sepenting apakah berpikir secara kronologis dalam sejarah tersebut?
Tentunya kita berharap dengan adanya cara berpikir kronologi dalam sejarah, tidak dapat menimbulkan anakronisme sejarah. Atau berupaya untuk menghindari penempatan peristiwa sejarah pada masa yang tidak tepat.
Apalagi kita tahu, bahwa peristiwa sejarah itu memang memanjang dalam waktu. Seperti yang sudah dipaparkan pada awal tulisan tentang hakikat diakronik, yakni peristiwa sejarah itu memang memanjang dalam waktu.
Nah, karena adanya peristiwa yang memanjang dalam waktu, sejak awal para sejarawan telah membuat pembabakan dalam sejarah, atau yang kita kenal dengan istilah periodisasi sejarah.
Konsep periodisasi dalam sejarah, tentu tidak kalah penting dengan konsep kronologi dalam sejarah. Tujuannya, untuk memudahkan para pembaca memahami sejarah setiap peristiwa sejarah yang pernah terjadi di sepanjang masa.
Selain dapat memudahkan para pembaca memahami sejarah, periodisasi sejarah juga perlu membantu membuat klasifikasi dari peristiwa-peristiwa sejarah yang ada, kemudian memudahkan dalam menganalisis perkembangan dan perubahan yang terjadi pada setiap periode, hingga menyederhanakan rangkaian peristiwa yang begitu panjang.
Untuk memahami konsep diakronik tersebut, maka beberapa waktu lalu, di kelas pembelajaran sejarah, kami mencoba mengerjakan satu penugasan. Penugasannya  yaitu membuat kronologi pemilihan umum (pemilu) yang pernah dilaksanakan di Indonesia sepanjang masa, baik dari 1955 hingga 2019 lalu. Tentu tidak terlepas dengan penempatan pelaksanaan pemilu tersebut pada periode yang ada.
Adapun alasan pemilihan topik pemilu sebagai contoh penerapan konsep diakronik kali ini, tentunya didasarkan pada kondisi terkini, kita tahu bahwa rencana pelaksanaan pemilu sedang banyak diperbincangkan di masyarakat luas. Berhubung 2024 mendatang, bangsa kita akan kembali menyelenggarakan pemilu.
Selanjutnya, dari para peserta didik tersebut, akan ada yang memiliki pengalaman perdana dalam mengikuti pesta demokrasi tersebut.
Berharap dengan pengerjaan penugasan kali ini, secara psikomotorik para peserta didik memiliki kemampuan mengomunikasikan seputar sejarah pelaksanaan pemilu di Indonesia berdasarkan konsep kronologis. Menganalisis dan mengritisi setiap perkembangan dan perubahan pemilu di Indonesia.
Secara afektif, peserta didik tidak apatis dengan pelaksanaan pemilu. Sebab mengikuti pemilu adalah salah satu bentuk tanggung jawab sebagai warga negara yang baik.
Sementara secara kognitif, siswa dapat mengetahui tentang kapan saja pelaksanaan pemilu di Indonesia, azas pemilu yang pernah ada, pemenang pemilu dari masa ke masa, dan lain sebagainya.
Itulah pembelajaran di kelas yang baru saja beberapa waktu lalu. Semoga bermanfaat.Â
Sumber referensi:
Hapsari, Ratna dan M.Adil. Â 2016. Sejarah untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H