Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Nasabah Bijak Tidak Akan Mudah Terjebak

14 September 2022   19:48 Diperbarui: 14 September 2022   20:10 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahaya! Beberapa tahun terakhir, acapkali kita mendengar terjadinya kejahatan siber. Ternyata semakin canggih teknologi digital, semakin marak pula pelaku kejahatan siber. Begitu pula dengan cara-cara yang mereka gunakan dalam melakukan aksinya, semakin variatif saja.

Fakta berkata, menurut Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), ternyata ada lebih dari 700 juta serangan siber terjadi di Indonesia pada 2022. Wah, mengerikan sekali!

Jangan-jangan, kita adalah salah seorang yang pernah dibidik oleh pelaku kejahatan siber tersebut. Tetapi, kita masih beruntung tidak sampai menjadi korban. Atau memang karena kita adalah orang yang sudah melek dan siaga untuk mengantisipasi berbagai serangan siber.

Bisa dibayangkan kalau serangan siber itu benar-benar terjadi kepada orang yang mudah terpengaruh atau terjebak dengan berbagai upaya yang dilakukan para pelaku serangan siber tersebut. Mereka bisa saja menjadi korban.

Kembali pada pokok persoalan. Perlu diketahui bahwa dari begitu banyak serangan siber tersebut, ransomware atau malware adalah serangan siber paling dominan terjadi. Kalau berbicara tentang modus serangan siber semacam ini, biasanya dilakukan dengan meminta sejumlah dana sebagai tebusan dari para pemilik data.

Selain serangan siber ransomware atau malware, ada juga metode phishing dan eksploitasi kerentanan. Di mana kedua hal tersebut menempati peringkat kedua dan ketiga dalam urutan serangan siber.

Nah, industri perbankan sendiri ternyata tidak terlepas dari berbagai ancaman serangan siber. Bahkan acapkali kita mendengar serangan siber telah merugikan banyak nasabah perbankan. Meningkatnya ancaman kejahatan siber ini, tentu beriringan dengan berbagai inovasi dan kemajuan teknologi digital perbankan saat ini.

Berdasarkan informasi yang dirilis kompas.com (10/11/2021), Irfan Syukur selaku Departement Head Information Security Division PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyampaikan, bahwa setidaknya ada lima kategori ancaman siber utama dalam industri perbankan saat ini.

Kelima kategori ancaman siber utama yang dimaksud seperti mobile devices, digital connectivity, malware, partnership, dan API (pelibatan vendor).

Dari kelima kategori tersebut, ada beberapa yang sangat sarat dengan berbagai aktivitas digital yang kita lakukan sehari-hari.

Misalnya saja, saat ini sudah tidak asing lagi dengan berbagai transaksi serta pembayaran digital dengan menggunakan mobile devices.

Kalau tidak ekstra hati-hati, atau ketika kita sedang lalai, bukan tidak mungkin hal tersebut akan menjadi ancaman. Para pelaku kejahatan siber bisa saja memanfaatkan kelalaian itu dalam melakukan aksinya.

Begitu pula dengan digital connectivity atau penggunaan konektivitas digital. Melalui konektivitas digital, terjadi peningkatan eksposur data penting melalui adopsi sistem digital dan interkonektivitas.

Seperi yang sudah disampaikan di atas, bila kita tidak hati-hati, pelaku kejahatan akan mengambil data penting kita, kemudian para pelaku kejahatan siber akan memanfaatkan data tersebut untuk kepentingan kejahatan siber mereka.

Selain kelima kategori ancaman tersebut, ada beberapa hal lain yang perlu diwaspadai agar tidak terjebak dengan kejahatan perbankan berbasis digital.

Waspadai skimming. Skimming adalah bentuk kejahatan yang berupa cara menggandakan data nasabah melalui mesin ATM dengan menggunakan skimmer.

Ada juga yang berupaya menggandakan data nasabah melalui layanan internet banking, SMS, serta penyebaran link palsu atau yang dikenal dengan sebutan phising.

Bisa juga melalui cara One Time Password (OTP), yakni menyedot dana nasabah melalui sejumlah situs jual beli (e-commerce).

Kemudian, ada vishing (Voive Phising) yakni pelaku mencoba tindakan kejahatannya dengan menghubungi korban melalui telepon dan mengaku dari pihak bank.

Serta sim swap yang berupa pencurian data dengan mengambil alih nomor HP untuk mengakses akun perbankan korban.

Pelaku kejahatan siber memang tidak pernah berhenti memikirkan dan mengembangkan cara-cara baru yang dapat menipu dan menjebak para nasabah perbankan.

Lantas, sebagai nasabah perbankan, apakah kita berhenti memanfaatkan teknologi digital dalam melakukan berbagai aktivitas perbankan yang kita perlukan? Tentu tidak demikian.

Apapun katanya, menolak teknologi digital bukan suatu pilihan yang tepat pada masa sekarang. Sebab, saat ini kita sudah berada pada kehidupan yang serba digital. Bahkan. sesungguhnya ada banyak manfaat dan keuntungan yang bisa kita peroleh dengan menggunakan teknologi digital.

Satu hal yang bisa kita lakukan adalah dengan kewaspadaan atau ekstra kehati-hatian. Kita harus menjadi nasabah bijak. Apa maksudnya nasabah bijak dan hal-hal apa yang dilakukan agar bisa menjadi nasabah bijak tersebut?

Nasabah bijak itu adalah nasabah yang selalu menggunakan nalar kritisnya, bersifat skeptis atau tidak mudah percaya tanpa pembuktian yang kuat. Bahkan nasabah bijak itu adalah orang yang sangat terbuka dengan berbagai literasi, termasuk literasi keuangan dan digital. Sehingga mereka akan tetap melek dengan teknologi digital tersebut serta berbagai upaya untuk menipu mereka.

Kalau kita mau disebut nasabah bijak, tentu kita harus menjadi nasabah yang peduli dan sadar bahwa di luar sana ada berbagai orang yang ingin melakukan serangan siber saat kita sedang lalai. Oleh karena itu, ada baiknya kita perhatikan hal-hal berikut.

Pertama. Mari lindungi data diri. Kita harus ekstra hati-hati dan peduli dengan keselamatan data pribadi. Oleh karena itu, jangan pernah memberikan data pribadi kepada orang yang tidak bertanggung jawab. Atau tidak sekali-kali menyebarkan data pribadi melalui media sosial. Termasuk data perbankan seperti nomor kartu debit, PIN, OTP, dan lain sebagainya.

Kedua. Jangan sembarangan menginstal aplikasi di smartphone. Sebab, ketika kita melakukan penginstalan aplikasi, setidaknya ada potensi untuk mengambil data pribadi, yang kemungkinan  bisa digunakan untuk berbagai tindak kejahatan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan terlebih dahulu aplikasi yang akan diinstal dengan seksama. Seberapa besar tingkat kepercayaan pada penyedia atau aplikasi tersebut.

Ketiga. Biasakan untuk lebih teliti dan mempelajari secara mendalam setiap tawaran dan ajakan dari orang lain, terutama ketika hal itu berurusan data perbankan. Jangan membuka link yang tidak dikenal apalagi meminta informasi data pribadi.

Dan sesungguhnya ada banyak hal lain yang bisa kita gali dari berbagai literasi dan pengalaman orang lain terkait hal itu.

Nah, mengingat tingginya serangan siber ini, sudah sebaiknya kita memperlengkapi diri. Bahkan kita bisa juga menjadi penyuluh digital. Kita bisa turut melakukan gerakan atau kampanye mengajak orang-orang untuk giat bersama melawan serangan siber. Misalnya dengan kewaspadaan, memperkuat literasi, membuka forum-forum berbagi pengalaman dan informasi.

Tentu senada dengan apa yang menjadi perjuangan BRI bersama #NasabahBijak.

Gerakan #NasabahBijak merupakan wadah komunitas yang bertujuan untuk memberikan literasi keuangan kepada masyarakat Indonesia. 

Adapun pengetahuan yang dikupas, yakni tentang mengelola uang, cara melunasi hutang, tentang suku bunga, asuransi, tabungan pensiun, pajak, serta produk keuangan seperti kredit dan pinjaman. Bahkan memberikan edukasi tentang bermacam kejahatan siber di sektor perbankan dan bagaimana cara untuk mencegahnya.

Akhirnya, kejahatan siber harus kita perangi bersama,  mari kita bersinergi dan bergandeng tangan  berjuang melawan kejahatan siber tersebut demi keamanan, kenyamanan dan kemajuan bangsa dan masyarakat kita.

Sumber Referensi:

kompas.com  - cnnindonesia.com - nasabahbijak

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun