Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Merdeka Berpikir dalam Pembelajaran Sejarah

5 September 2022   22:59 Diperbarui: 5 September 2022   23:01 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu, masih awal tahun ajaran baru, saya memulai pembelajaran dengan sebuah pesan penting kepada peserta didik.

"Jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jasmerah)".

Saya mencoba mengutip pernyataan Bung Karno, tepatnya ketika sedang mengajar materi tentang Hakikat Sejarah di sebuah kelas.

Bagi generasi terkini, sering sekali belajar sejarah bukan sesuatu yang populer. Tetapi, sesungguhnya belajar sejarah itu teramat penting. Saya bersama siswa di kelas pun sepakat akan hal itu.

Sejarah adalah identitas bangsa. Melalui sejarah, kita dapat mengenali sebuah bangsa. Dapat kita bayangkan kalau peserta didik saat ini tidak tertarik dengan mata pelajaran yang satu ini. Sementara mereka adalah generasi penerus bangsa yang harus paham dan mengenali Indonesia melalui sejarah.

Bagaimana mereka mengenali bangsa ini melalui perspektif masa lampau? Tentu dengan kecintaannya pada pembelajaran sejarah bangsa itu sendiri.

Selain sejarah sebagai identitas bangsa, melalui sejarah, generasi penerus yang akan memimpin kelak, sangat membutuhkan sejarah sebagai acuan atau pedoman untuk mengambil berbagai kebijakan, agar kegagalan yang pernah terjadi di masa lampau, tidak terulang kembali di masa kini atau masa mendatang.

Itu hanyalah sebagian arti penting belajar sejarah bagi generasi penerus bangsa.

Sesungguhnya ada banyak guna belajar sejarah. Dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah yang ditulis Prof. Dr. Kuntowijoyo mengatakan bahwa ada beberapa guna ekstrinsik dari sejarah tersebut.

Misalnya, dapat bermanfaat sebagai pendidikan moral, pendidikan penalaran, pendidikan politik pendidikan kebijakan, pendidikan perubahan, pendidikan masa depan, pendidikan keindahan, serta sebagai ilmu bantu.

Nah, karena sejarah itu begitu penting, kami pun memulai pembelajaran sejarah dengan sebuah pemahaman yang ada dalam benak peserta didik.

Bahkan, tidak kalah menarik ketika peserta didik dilibatkan langsung untuk memaknai pembelajaran sejarah tersebut.

Misalnya, dengan mencoba merangsang kemerdekaan berpikir mereka. Atau membiarkan imajinasi mereka untuk membuat arti penting sejarah tersebut berdasarkan sebuah analogi.

Dari berbagai analogi yang dirumuskan para peserta didik, setidaknya ada beberapa analogi yang menarik bagi saya.

"Sejarah bagai kupu-kupu, diterjang lika-liku, mengalami kisah haru, namun terus maju pada satu tuju" kata seorang peserta didik.

Ada yang berkata bahwa, "Sejarah bagai bintang-bintang di langit, kita tidak bisa menggapainya, namun kita bisa kagumi dan pelajari."

Bahkan ada yang menganalogikan kalau sejarah itu seperti anak tangga.

"Ketika kita menginjakkan kaki pada anak tangga berikutnya, kita tetap memerlukan anak tangga sebelumnya untuk menjadi dasar."

Itulah beberapa analogi tentang sejarah menurut peserta didik di kelas. Masih banyak lagi analogi-analogi lainnya yang sangat menarik.

Menurut hemat saya, pembuatan analogi semacam ini adalah bagian dari kemerdekaan berpikir bagi peserta didik. Kemerdekaan berpikir seperti ini tentu merupakan bagian dari merdeka belajar.

Tak disangka, ide-ide peserta didik tersebut ternyata jauh melebihi yang saya pikirkan. Karena itu, mari kita biarkan peserta didik memiliki kemerdekaan berpikir dalam memahami sejarah, tentu melalui koridor pembelajaran sejarah yang sudah ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun