Nah, karena sejarah itu begitu penting, kami pun memulai pembelajaran sejarah dengan sebuah pemahaman yang ada dalam benak peserta didik.
Bahkan, tidak kalah menarik ketika peserta didik dilibatkan langsung untuk memaknai pembelajaran sejarah tersebut.
Misalnya, dengan mencoba merangsang kemerdekaan berpikir mereka. Atau membiarkan imajinasi mereka untuk membuat arti penting sejarah tersebut berdasarkan sebuah analogi.
Dari berbagai analogi yang dirumuskan para peserta didik, setidaknya ada beberapa analogi yang menarik bagi saya.
"Sejarah bagai kupu-kupu, diterjang lika-liku, mengalami kisah haru, namun terus maju pada satu tuju" kata seorang peserta didik.
Ada yang berkata bahwa, "Sejarah bagai bintang-bintang di langit, kita tidak bisa menggapainya, namun kita bisa kagumi dan pelajari."
Bahkan ada yang menganalogikan kalau sejarah itu seperti anak tangga.
"Ketika kita menginjakkan kaki pada anak tangga berikutnya, kita tetap memerlukan anak tangga sebelumnya untuk menjadi dasar."
Itulah beberapa analogi tentang sejarah menurut peserta didik di kelas. Masih banyak lagi analogi-analogi lainnya yang sangat menarik.
Menurut hemat saya, pembuatan analogi semacam ini adalah bagian dari kemerdekaan berpikir bagi peserta didik. Kemerdekaan berpikir seperti ini tentu merupakan bagian dari merdeka belajar.
Tak disangka, ide-ide peserta didik tersebut ternyata jauh melebihi yang saya pikirkan. Karena itu, mari kita biarkan peserta didik memiliki kemerdekaan berpikir dalam memahami sejarah, tentu melalui koridor pembelajaran sejarah yang sudah ada.