Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Polisi Presisi Dambaan Masyarakat

16 Juni 2021   02:29 Diperbarui: 16 Juni 2021   02:35 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika masih kecil, sering sekali orang tua atau orang dewasa bertanya kepada anak-anak tentang cita-cita mereka. Barangkali ini merupakan cara orang tua untuk mengajarkan dan menanamkan arti pentingnya memiliki cita-cita sejak dini. Dan ternyata, tidak jauh berbeda dengan keluarga kami.

Dulu semasa kecil, kalau adik saya ditanya, "Apa cita-citamu kelak?"

Dengan sigap dan bersemangat dia pasti akan menjawab, "Mau menjadi seorang polisi".

Alasan adik saya sangat sederhana. Polisi itu menurutnya berwibawa dan senang memberikan pertolongan pada orang yang membutuhkan. Misalnya, menangkap penjahat yang mengganggu atau merugikan kehidupan masyarakat.

Begitulah pemahaman adik saya tentang polisi. Walaupun pada akhirnya, cita-cita kecilnya itu memang tidak kesampaian ketika sudah dewasa, tentu karena pengalaman berikut juga memengaruhinya, sehingga cita-citanya pun ikut berubah.

Satu hal yang mau saya sampaikan, ternyata kalau bicara tentang cita-cita anak-anak, memang unik. Ternyata, tidak sedikit anak-anak yang menjadikan polisi sebagai salah satu daftar cita-cita mereka. Kira-kira, mengapa begitu iya?

Menurut hemat saya, anak-anak umumnya akan mengungkapkan sesuatu berdasarkan pengalaman mereka. Baik itu dari apa yang mereka lihat dan dengar. Intinya, anak-anak biasanya akan jujur mengungkapkan pengalaman tersebut.

Tentu bisa berbeda dengan pengalaman orang lain. Sebut saja orang dewasa yang pernah berurusan dengan polisi karena melakukan pelanggaran atau mungkin saja kejahatan. Kalau ditanya, diantara mereka tentu ada yang merasa antipati atau tidak senang dengan polisi tersebut.  

Pengalaman ternyata akan membentuk pandangan atau persepsi seseorang tentang sesuatu. Begitu halnya dengan pandangan seseorang tentang polisi. Seperti yang sudah saya paparkan di atas, baik itu pengalaman adik saya atau orang dewasa yang pernah berurusan dengan polisi karena pelanggaran atau kejahatan.

Tapi kalau mau jujur, terlepas dari pengalaman yang dimiliki, pernahkah kita bertanya secara serius pada diri sendiri, apa jadinya kalau polisi itu tidak ada?

Jalanan pasti sembraut karena tidak ada polisi yang bertugas untuk mengatur lalu lintas. Apalagi tingkat kesadaran masyarakat kita yang masih rendah saat berkendara di jalan raya. Lihat saja, faktanya di lapangan. Tidak sedikit orang yang menerobos lampu merah dan melanggar rambu-rambu lalu lintas ketika tidak dilihat polisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun