Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kebijakan Makroprudensial sebagai Benteng Stabilitas Sistem Keuangan

3 Juni 2019   19:13 Diperbarui: 3 Juni 2019   19:41 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai analoginya, dapat menyaksikan video singkat berikut!


Sepuluh tahun kemudian, tepatnya 2007, krisis itu kembali "menghantui". Krisis moneter yang terjadi di Amerika Serikat ternyata memicu resesi. Bahkan, dampaknya terasa di belahan dunia. Dunia mulai panik. Saya pun jadi teringat dengan getirnya hidup di tahun 1997/1998.

Sebagai informasi, bahwa krisis yang terjadi pada 2007 ini ternyata dipicu oleh banyaknya debitur yang gagal membayar KPR atau subprime mortgage. Usut punya usut, ternyata banyak debitur yang punya sejarah kredit yang buruk.

Tidak tanggung-tanggung, Bank investasi terbesar keempat di Amerika Serikat, Lehman Brothers yang sudah berdiri sejak 1850 pun mengalami kejatuhan karena krisis ini.

Bagaimana dengan kondisi Indonesia saat itu?

Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2008 yang dirilis oleh Bank Indonesia, bahwa imbas krisis mulai terasa terutama menjelang akhir 2008. Secara internal, tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 6% hingga triwulan III-2008, perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan berat pada triwulan IV-2008. Hal itu tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan terutama karena anjloknya kinerja ekspor.

Sementara di sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia mengalami peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan.

Tetapi, ada sesuatu hal yang menarik, ternyata di pasar keuangan, selisih risiko (risk spread) dari surat-surat berharga Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mendorong arus modal keluar dari investasi asing di bursa saham, Surat Utang Negara (SUN), dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Jadi, dapat disimpulkan, secara relatif, posisi Indonesia bukanlah yang terburuk di antara negara-negara lain. Perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh sebesar 6,1% pada 2008. Sementara kondisi fundamental dari sektor eksternal, fiskal dan industri perbankan juga cukup kuat untuk menahan terpaan krisis global.

Pertanyaannya, mengapa kedua krisis moneter tersebut berbeda dampaknya terhadap kondisi keuangan bangsa Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun