Menurut hemat saya, peran keluarga dan sekolah akan tetap menjadi tumpuan utama untuk menyelesaikan permasalahan penyebaran hoaks tersebut. Sehingga para pelajar masa kini dapat terhindar dari tindakan yang melanggar norma hukum.
Untuk itu, sebuah keluarga harus hadir dan mampu menjadi lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan spiritual dari setiap anggota keluarga. Sehingga tumbuh rasa hormat kepada Tuhan, dan menghargai sesama umat manusia. Kemudian fungsi keluarga yang relevan dengan hal tersebut, harus dijalankan semestinya. Misalnya fungsi kasih sayang, proteksi, sosialisasi dan pendidikan (informal) pada keluarga harus terus dirawat dan ditumbuhkan.
Bagaimana pula dengan peran sekolah?
Sekolah yang merupakan sarana pendidikan formal, yang menjadi wadah pendidikan nasional, sesungguhnya dapat mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kalau berbicara tentang praktikanya, sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan fungsi pendidikan nasional tersebut. Misalnya, dengan membangun semangat literasi bagi para pelajar.
Bersamaan dengan itu pula, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah untuk meningkatkan daya baca siswa dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggerakkan literasi bangsa dengan menerbitkan buku-buku pendukung bagi siswa yang berbasis pada kearifan lokal.
Dengan membaca dan menulis, atau yang merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah peradaban manusia tentu dapat membuat seseorang menjalani hidupnya dengan kualitas yang lebih baik.Â
Terlebih lagi di era yang semakin modern yang ditandai dengan persaingan yang ketat dan pergerakan yang cepat. Kompetensi individu sangat diperlukan agar dapat bertahan hidup dengan baik.
Jika salah satu (literasi baca tulis) dari enam jenis literasi (literasi baca tulis, numerasi, sains, finansial, digital, serta budaya dan kewargaan) yang sedang digalakkan pemerintah dijalankan dengan maksimal, bukan tidak mungkin maraknya hoaks kelak akan semakin minimal.Â
Apalagi materi baca tulis tersebut berkaitan dengan nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, ketahanan nasional, dan persaingan global. Maka sosok seperti "LH" seperti pada pemberitaan di atas, tidak dengan mudah lagi menyebarkan hoaks, tetapi justru menyalurkannya pada hal-hal yang postitif dan membangun.