Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mempersiapkan SDM Bermental "Smart City"

10 Desember 2018   19:23 Diperbarui: 10 Desember 2018   20:57 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : diolah dari instagram @infokomputer.id

Sejak menetap di sebuah perumahan yang menggunakan konsep kota mandiri sejak 2010 lalu, saya merasakan semakin hari semakin banyak saja sarana yang memudahkan warga yang tinggal di perumahan. Dengan demikian, aktivitas dan mobilitas lebih leluasa. Hidup semakin modern dan praktis.

Masih lekat dalam ingatanku, ketika ingin melakukan pembayaran tagihan air bersih dan maintenance di kantor Town Management Services, tidak jarang saya harus duduk menunggu antrian panjang. Seiring dengan perkembangan teknologi, pemandangan yang demikian sudah tidak terlihat lagi.

Sejak Mei 2016, saya sudah tidak perlu datang lagi  ke kantor Town Management Services hanya untuk melakukan pembayaran tagihan air dan maintenance. Sudah dapat melakukan pembayaran kapan saja dan di mana pun berada, yakni melalui online payment.  Misalnya, pembayaran sudah dapat dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi yang ada di smartphone maupun virtual account pribadi yang tercantum pada tagihan yang dikirimkan via email.

Bukan itu saja. Di tempat tinggalku saat ini, semua cluster perumahan sudah menggunakan smart gate. Ketika warga ingin keluar-masuk cluster, dapat dilakukan dengan mudah. Cukup dengan melakukan tap kartu pada mesin elektronik yang ada di pintu penjagaan security. Kehadiran smartgate tersebut diharapkan dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi warga.

Begitu pula dengan sarana transportasi. Warga dapat memanfaatkan transportasi internal dari cluster maupun transportasi eksternal yang dapat digunakan dari Cikarang hingga ke Jakarta. Sehingga, warga tidak perlu berlelah untuk nyetir mobil, cukup dengan menggunakan layanan transportasi perumahan yang berangkat setiap jam sekali.

Nah, itu hanya sebagian teknologi dan sarana "A la Smart City" di perumahan tempat saya tinggal. Masih ada banyak lagi sarana dan prasarana yang dapat mendukung efektivitas dan memudahkan berbagai aktivitas warga. Tentunya pengelola perumahan yang berkonsep kota mandiri ini adalah pihak swasta.

Pertanyaannya, bagaimana dengan pemerintahan kabupaten tempat perumahanku berada? Memanfaatkan berbagai teknologi untuk merancang hal-hal yang memudahkan berbagai layanan publik bagi seluruh warganya adalah sebuah keniscayaan. Sehingga berbagai urusan yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih sederhana dan praktis.

Memang sudah saatnya teknologi hadir untuk membantu memudahkan warga. Sehingga pekerjaan atau aktivitas lain pun tidak terganggu. Misalnya, tidak perlu lagi menghabiskan waktu karena antrian panjang dan bertele-tele untuk melakukan pelayanan publik.

Sudah saatnya program pemanfaatan teknologi untuk menata kehidupan kota yang lebih manusiawi, peningkatan efisiensi pelayanan publik, keamanan dan rasa aman bagi warga dipikirkan serius dan fokus sejak dini. Mengingat di tahun 2045, diperkirakan bahwa sebanyak 82,37% penduduk Indonesia hidup di perkotaan.

Untuk itulah, urgensinya pemerintah menggalakkan "Gerakan Menuju 100 Smart City".

http://indonesiabaik.id/infografis/25-kota-perintis-smart-city
http://indonesiabaik.id/infografis/25-kota-perintis-smart-city
Di Indonesia, "Gerakan Menuju 100 Smart City" sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 2017, yakni dengan melibatkan 25 kota/kabupaten. Tahun ini, sudah ada 50 kota/kabupaten yang mendapatkan pendampingan. Sementara di tahun yang akan datang (2019) dilakukan pendampingan untuk 25 kota/kabupaten. Dengan demikian, di tahun depan akan ada 100 kota/kabupaten Smart City di Indonesia.

Adapun gerakan yang merupakan program bersama dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PUPR, Bappenas dan Kantor Staf Kepresidenan ini ditujukan untuk membimbing kota/kabupaten dalam menyusun masterplan Smart City tersebut. Tentunya agar bisa lebih memaksimalkan pemanfaatan teknologi, baik dalam meningkatkan pelayanan masyarakat maupun mengakselerasikan potensi yang ada di masing-masing daerah.

Dari sebuah informasi terpercaya kominfo.go.id mengatakan bahwa sebuah kota dapat dikatakan Smart City ketika di dalamnya lengkap dengan infrastruktur dasar, juga memiliki sistem transportasi yang lebih efisien dan terintergrasi, sehingga meningkatkan mobilitas masyarakat.

Sementara menurut IBM, setidaknya ada 6 indikator dari Smart City tersebut. Keenam indikator yang dimaksud adalah masyarakat penghuni kota, lingkungan, prasarana, ekonomi, mobilitas, serta konsep smart living.

Bagaimana pula dengan penyangga dari implementasi Smart City tersebut?

Menurut sebuah sumber indonesiabaik.id setidaknya ada tiga pilar yang harus dijadikan sebagai penyangga dari Smart City. Pertama, Informasi Komunikasi dan Teknologi (IKT). Hal ini berhubungan ketersediaan teknologi broadband fiber, internet kecepatan tinggi (wifi), dan pusat data aplikasi layanan publik. Kedua, Integrated Management System. Dimana manajemen kota yang terintegrasi dengan menggunakan IKT. Ketiga, Smart User. Sementara IKT dan Integrated Management System akan terlaksana jika dilengkapi Sumber Daya Manusia yang kompeten, memiliki knowledge dan melek teknologi.

Solusi Terbaik Mewujudkan Smart City, Mental Smart City

Menggunakan teknologi untuk kemajuan dan peradaban kota di era digital dan internet seperti sekarang merupakan sebuah keniscayaan. Tapi ada sebuah hal yang sesungguhnya tidak dapat dilupakan, yakni membenahi mental dari Sumber Daya Manusia (SDM)-nya.

Teknologi maju, tapi tanpa kesadaran dari manusia untuk mendukung kemajuan tersebut tentu tidak akan berjalan. Lihat saja, beberapa kota yang sudah memiliki fasilitas yang memadai, tapi ada saja manusia yang senangnya merusak atau mengacaukan.

Intinya, sebelum teknologi dibenahi, maka pemerintah harus gencar melakukan sosialisasi dan kampanye kesadaran bagi seluruh warga. Begitu pula dengan para staff yang ada di pemerintahan harus memberikan contoh atau teladan.

Dengan demikian, ketika teknologi sudah diterapkan oleh pemerintah, sebaiknya semua menyambutnya dengan baik dan mendukung hal itu demi kemajuan kehidupan dan peradaban.

Salam sukses Smart City!

___________

Sumber Referensi : 1, 2, dan 3.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun