Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Bersahabat dengan Bencana" Meminimalkan Resikonya

6 September 2018   17:07 Diperbarui: 6 September 2018   20:14 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Instagram BNPB @BNPB_Indonesia

Malam itu tidurku gak tenang. Baru saja kami merasakan guncangan gempa bumi yang hebat. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Barang-barang di rumah mulai berjatuhan satu per satu. Belum lagi daun jendela yang tiba-tiba terbuka dan mengayun ke sana ke mari.

Suasananya menjadi begitu mencekam dan menakutkan. Apalagi karena rumah yang kami tempati berbentuk rumah panggung, jadi guncangannya begitu terasa. Keluarga kami pun berhamburan satu per satu ke tengah-tengah halaman depan rumah. Begitu juga dengan para tetangga kami.

Begitulah sekelumit kisah yang pernah kualami ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, tepatnya di Tapanuli Utara sekitar tahun 1987.

Pengalamanku tentu tidak sebanding dengan saudara-saudaraku yang harus berhadapan dengan gempa bumi di Lombok. Ada ratusan korban tewas dan luka-luka, puluhan ribu yang harus tidur di pengungsian, belum lagi yang kehilangan harta benda dan pekerjaan mereka.

Sesungguhnya, tidak seorang pun mengharapkan bencana alam yang demikian. Tapi sepertinya bangsa kita tidak dapat mengelak bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dan tanah longsor.

Dalam sebuah buku "Bencana Gempa dan Tsunami" yang diterbitkan oleh Kompas tahun 2005 menuliskan bahwa tingginya potensi terjadinya bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami di wilayah Indonesia tidak dapat lepas dari proses geologi yang terletak di tiga lempeng bumi, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ketiga lempeng bumi ini terus bergerak rata-rata 3-4 cm per tahun, saling berdesakan dan bertubrukan.

Dengan demikian, bukan berarti kita harus menyesali keadaan negeri kita atau berhenti bersyukur karenanya. Apalagi negeri kita ini sesungguhnya memiliki kekayaan alam yang luar biasa, yang mampu memberikan kehidupan yang sejahtera bagi rakyatnya. Jadi kelimpahan alam ini jauh lebih besar dari bencana yang kita hadapi.

Bahwa yang terpenting adalah bagaimana cara mengurangi dan meredam timbulnya korban dan kerugian harta benda akibat proses geologi tersebut, untuk itulah perlu dilakukan upaya mitigasi seperti yang dikatakan dalam buku "Bencana Gempa dan Tsunami".  

Sementara untuk upaya mitigasi yang dicatat dalam buku tersebut, ada terdapat enam hal penting yang harus disikapi. Pertama, menyiapkan data dan informasi daerah rawan gempa bumi dan tsunami. Kedua, pemerintah daerah harus menata kawasan rentan tinggi dengan menata ulang lokasi. Ketiga, melakukan sosialisasi tentang pemahaman bencana gempa bumi dan tsunami. Keempat, masyarakat perlu disadarkan bahwa mereka berada di daerah rentan bencana. Kelima, memahami aktivitas apa yang harus dihindari sesuai dengan sifat dan jenis bencana yang bersangkutan. Serta keenam, mengetahui cara menyelamatkan diri.

Senada halnya dengan yang menjadi tagline dari BNPB yakni Kenali Bahayanya, Kurangi Resikonya. Artinya dalam hal bencana alam, tentu kita tidak dapat menghentikan atau menunda bencana alam tersebut. Kita hanya bisa melakukan berbagai tindakan untuk meminimalkan resiko dengan mengenali tanda-tanda yang umumnya terjadi sebelum bencana alam.

Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang berada di wilayah yang rawan bencana alam, sudah saatnya Budaya Sadar Bencana menjadi bagian dari diri kita masing-masing. Sudah saatnya budaya tersebut digaungkan sesering mungkin. Sehingga ketika bencana benar-benar terjadi, maka masyarakat yang ada di sekitarnya telah siap, Siap untuk Selamat. Kalaupun masyarakat harus kehilangan harta benda (jika tidak mungkin terselamatkan), setidaknya masyarakat tidak harus kehilangan nyawa dalam bencana alam tersebut.

Dari berbagai jenis bencana alam, maka di dalam tulisan ini dibahas salah satu yang penting, yakni tentang gempa bumi. Sebenarnya bukan hanya penting, tapi genting. Mengingat akhir-akhir ini seringnya terjadi gempa bumi di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu bahasan yang menarik, tentu tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi gempa. Baik sebelum terjadinya bencana (prabencana), saat bencana, hingga sesudah terjadinya bencana (pascabencana).

Dari sebuah unggahan informasi yang penulis temukan di sebuah media sosial (Instagram) yang dimiliki instansi yang memiliki kapasitas dan kompeten tentang bencana, yakni Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Maka khalayak umum sudah seharusnya membaca informasi penting tersebut. Bahwa masyarakat seharus mengetahui hal seperti yang sudah disebut di atas, yaitu bagaimana menyikapi bencana gempa bumi tersebut. Setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam hal itu, yaitu prabencana, saat bencana, hingga pasca bencana. 

Selengkapnya bisa melihat langsung di infografis berikut :

Prabencana (Sumber : BNPB)
Prabencana (Sumber : BNPB)
Sebagai bentuk kesiagaan terhadap bencana gempa bumi atau tepatnya sebelum terjadinya (prabencana) maka alangkah menyiapkan tas siaga untuk persediaan 1-3 hari apabila gempa bumi terjadi. Melakukan latihan untuk menghadapi reruntuhan sebelum gempa bumi. Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar dan persediaan obat-obatan. Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap gempa bumi dengan fondasi yang kuat. Serta memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Saat Bencana (Sumber : BNPB)
Saat Bencana (Sumber : BNPB)
Sementara  saat bencana, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Upayakan keselamatan diri dengan berlindung di bawah meja untuk menghindar dari benda-benda yang jatuh. Jika sedang memasak, segera matikan kompor serta mencabut dan mematikan semua peralatan yang menggunakan listrik untuk mencagah terjadinya kebakaran. Ketika keluar rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng, atau material lain. Tetap lindungi kepala dan segera menuju ke lapangan terbuka. Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangan. Gunakan tangga darurat untuk evakuasi keluar bangunan. Apabila anda berada di dalam bangunan yang memiliki petugas keamanan ikuti instruksi evakuasi.

Pasca Bencana (Sumber : BNPB)
Pasca Bencana (Sumber : BNPB)
Sesudah bencana gempa bumi berakhir (pasca bencana), tetap waspada terhadap gempa bumi susulan. Evakuasi diri anda setelah gempa bumi berhenti. Perhatikan reruntuhan benda ketika evakuasi. Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja yang kuat. Periksa keberadaan api dan terjadinya bencana kebakaran. Berdiri di tempat terbuka yang jauh dari gedung dan instalasi listrik dan air. Jika di dalam mobil, berhentilah. Tetapi tetap berada di dalam mobil. Hindari berhenti di bawah atau di atas jembatan atau rambu-rambu lalu lintas.

Nah, pembaca tentu sudah membacanya dengan jelas dan tuntas bagian infografis tersebut. Sekarang saatnya kita tularkan informasi penting ini kepada saudara-saudara dan orang di sekitar kita. Setidaknya melalui cara tersebut, kita juga turut menyelamatkan orang lain dari bahaya bencana gempa bumi yang mungkin terjadi. Atau, kita sedang turut mendukung ketangguhan bangsa kita dalam menghadapi bencana.

Terakhir, marilah kita semua "bersahat dengan bencana" dengan mengenali tanda-tanda sebelum kehadirannya, sehingga resiko yang ditimbulkannya pun bisa seminimal mungkin.

Sumber Referensi :

Website resmi BNPB

Kompas. 2015. Bencana Gempa dan Tsunami. Jakarta : PT.Kompas Media Nusantara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun