Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Mendukung Asian Games Pintu Masuk Menuju Indonesia Maju

17 Agustus 2018   16:28 Diperbarui: 17 Agustus 2018   16:44 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!"

Masihkah pernyataan John F. Kennedy tersebut relevan dengan kehidupan bernegara saat ini?

Menurut hemat saya, selagi negara masih ada, hal itu mutlak bagi warga negaranya. Siapakah seorang warga negara tanpa negara? Apakah dia punya identitas?

Sesungguhnya pertanyaan yang perlu kita jawab itu adalah apa yang sudah kuberikan kepada negara? Bagaimana saya harus memberi kepada negara?

Memberi kepada negara (baca : berjanji, berbakti, dan mengabdi) sebenarnya bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya, kita bisa berkontribusi melalui profesi atau peran kita dalam masyarakat. Menjalankan kewajiban kita sebagai warga negara.

Tapi kali ini saya ingin menunjukkan cara yang berbeda. Kemarin (16/8), saya menyaksikan pertandingan sepakbola dari negara asing di Stadion Wibawa Mukti, Bekasi. Tepatnya pertandingan Vietnam kontra Nepal.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Terus terang, awalnya saya berpikir dua kali untuk menerima ajakan seorang teman menyaksikan laga dua negara tersebut. Apa untungnya bagi saya menyaksikan laga itu?

Memang tidak terlalu lama bagi saya memutuskannya. Langsung kemudian berpikir, ketika saya ikut menyaksikan laga negara asing, sesungguhnya saya telah ikut mendukung dan menyukseskan Asian Games 2018.

Apalagi daerah tempat tinggal saya menjadi salah satu "venue" dari Asian Games 2018, tepatnya di Stadion Wibawa Mukti, Bekasi. Sudah sewajarnya memberikan dukungan yang lebih.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sebagai tuan rumah Asian Games 2018, kita patut bangga. Tapi bukan sebatas bangga, kita harus turut berkontribusi. Baik itu secara langsung ataupun tidak.

Sesungguhnya banyak cara yang bisa kita lakukan, disamping ikut menyaksikan secara langsung berbagai pertandingan, kita bisa juga turut menjaga keamanan, kebersihan lingkungan, bahkan keramahan kepada para tamu yang datang. Sederhana memang, tapi sebenarnya pengaruhnya besar sekali.

Dunia (secara khusus Asia) tentu sedang menyorot kita. Ketika Asian Games dilakukan dengan semarak, mendapat dukungan penuh dari masyarakat, berlangsung aman dan damai, maka bangsa lain pun akan kagum dan hormat dengan bangsa kita. Bisa pembaca bayangkan jika sebaliknya yang terjadi, dunia akan memandang kita seperti apa?

Maka dari itu, kita harus berikan yang terbaik. Kita jaga nama baik bangsa Indonesia, sehingga harum di mata dunia. Dengan cara itu, kita tentu telah menunjukkan patriotisme dan nasionalisme kita yang sesungguhnya.

Untuk itu, sinergi pemerintah, swasta, dan masyarakat pun sangat dibutuhkan. Ketika pemerintah telah berjuang mempersiapkan penyelenggaraan perhelatan akbar ini,  maka pihak swasta dan masyarakat pun wajib mendukungnya.

Kalau bicara tentang swasta, maka sebagai bagian dari masyarakat, berharap besar kepada swasta yang memiliki media (terutama media pertelevisian) agar semakin memperbanyak tayangan pertandingan. Sehingga masyarakat luas bisa menyaksikan dan semakin peduli atas perjuangan para atlet bangsa kita.

Senada tentunya dengan harapan dari Menpora, Imam Nahrawi, agar siaran televisi langsung Asian Games 2018 tidak diacak. Mengingat banyaknya pertanyaan dari masyarakat terkait diacaknya siaran langsung siaran pertandingan cabang sepakbola Asian Games 2018 antara tuan rumah Indonesia vs Taipei, Minggu (12/8) malam. (Baca : Setkab.go.id)

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa lisensi broadcaster memang ranah hukum Olympic Council of Asia (OCA) sebagai bentuk proteksi untuk masing-masing televisi di seluruh dunia yang menayangkan Asian Games menjadi tantangan tersendiri. Tapi berharap upaya meyakinkan OCA agar tayangan pertandingan Asian Games ini tidak diberlakukan encrypted (acak) dan bisa dicabut. (Baca : Setkab.go.id)

Kalau sudah bicara peran pertelevisian, disitulah saya baru sadar jasa dari televisi pemerintah tersebut, TVRI. Kehadiran TVRI 56 tahun yang lalu, tepatnya 24 Agustus 1962 telah banyak berkontribusi mendukung Asian Games kala itu. Berharap juga peran televisi masa kini menjadi media yang turut menyebarluaskan berita Asian Games.

Dengan begitu, berharap dengan makin maraknya tayangan Asian Games tersebut tumbuh, mampu membuat tumbuh subur rasa kebangsaan. Selanjutnya rasa kebangsaan membuat kita bersinergi dan bergeak bersama Menuju Indonesia Maju.

Nah, sekarang yuk beramai-ramai dukung kesuksesan Asian Games. Layaknya simbol Asian Games Bhin Bhin, Atung dan Kaka sebagai representasi dari strategi, kecepatan dan kekuatan.

Semoga dengan spirit strategi, kecepatan dan kekuatan menjadikan bangsa kita masuk Menuju Indonesia Maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun