Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Besi Menajamkan Besi, Orang Menajamkan Sesamanya

17 Juli 2018   20:32 Diperbarui: 18 Juli 2018   21:57 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisakah Anda bayangkan, jika kendaraan yang Anda tumpangi kehabisan bahan bakar di tengah jalan? Apa yang bakalan terjadi? Betul sekali. Kendaraan tersebut akan berhenti bergerak, sebab kendaraan tersebut tidak memiliki energi lagi.

Dulu saya pernah mengalami hal yang sama. Pulang kerja, tiba-tiba kendaraan saya mogok. Setelah cek sana sini, ternyata mobil saya kehabisan bahan bakar. Untungnya, SPBU tidak begitu jauh. Hanya bersekitar 300 meter saja. Hari itu menjadi pembelajaran bagi saya agar tidak lalai memerhatikan bahan bakar lagi, karena bahan bakar itulah yang berubah menjadi energi penggerak.

Sesungguhnya, begitu pula dengan kehidupan kita. Misalnya dalam hal bekerja. Kita butuh energi agar kita tetap bergerak dan antusias bekerja.

Jadi, jangan pernah lalai, jangan pernah kehabisan energi di tengah jalan. Akhirnya kita mandek,  tidak maksimal berkarya. Untuk itu, kita harus mampu mengelola energi yang yang ada dalam diri. Kita harus tahu bagaimana dan kapan me-recharge-nya. Salah satunya adalah melalui orang-orang yang ada disekitar kita tentunya.

Bukan suatu kebetulan kalau seorang rekan guru yang membawakan renungan pagi itu, mengajak kami para guru untuk tetap mempertahankan energi dari awal hingga akhir tahun ajaran agar tetap stabil. Sehingga bisa tetap mengajar dengan antusias.

Rekan guru (sumber gambar : Rudi Wijaya)
Rekan guru (sumber gambar : Rudi Wijaya)
Maklum saja, kami baru selesai liburan sebulan lebih, dan baru beberapa waktu yang lalu (12/7) kembali masuk kerja. Tentunya energinya masih kuat (masih segar).

Biasanya, secara alami energi itu pun lambat laun akan melemah, mungkin karena kesal ketika sudah berhadapan dengan anak didik yang butuh perhatian dan bimbingan khusus. Atau yang lainnya.

Kalau sudah begitu, tentu butuh recharge. Bagaimana caranya ya?

Relasi dengan Tuhan, tentu sebagai sumber energi yang utama. Sebab Tuhanlah yang menggerakkan kita untuk senantiasa mampu berkarya, menanamkan ide-ide baru dalam pikiran, membantu menyelesaikan setiap permasalahan, termasuk membantu dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam pekerjaan.

Tetapi jangan lupa, bahwa Tuhan pun menempatkan orang-orang di sekitar kita sebagai sumber energi bagi kita, sehingga kita bisa tetap bersemangat dalam bekerja.

Sebagai seorang guru, saya pun menyadari bahwa sesama rekan pendidik adalah sumber energi baik bagi saya. Merekalah yang setia menyemangati dan memberi dukungan disaat semangat mulai memudar, memberikan masukan disaat mengalami kebuntuan, dan menginspirasi disaat pikiran butuh ide-ide segar dalam pembelajaran.

Tapi bukan itu saja ternyata. Anak didik pun bisa saja menjadi sumber energi baik bagi seorang guru dan tentu bagi teman-temannya juga.

Seperti pada sosok yang satu ini, Rionanda. Di sekolah kami nama ini sudah tidak asing lagi. Bisa dibilang anaknya pintar, rajin membaca (bacaannya malah sudah melebihi anak kuliahan, padahal masih SMA), inisiatifnya tinggi, rendah hati, senang berdiskusi, bahkan sering mengajari teman-temannya yang kurang paham pelajaran di depan kelas, layaknya seorang guru.

Prestasinya, jangan ditanya deh! Rionanda baru saja meraih penghargaan pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat, pada tanggal 1-7 Juli 2018. Pada even tersebut, dia berhasil sebagai Peraih Terbaik 2 untuk Penelitian Bidang Ekonomi.

Bukan itu saja. Sebelumnya (12/5/2018), Rionanda juga berhasil pada Lomba Esai Se-Jabodetabek yang diselenggarakan oleh Museum Nasional Proklamasi (Munasprok) sebagai juara ketiga.

Nah, dari cerita yang sudah saya sampaikan, pembaca sendiri bisa menarik kesimpulan, mungkinkah seorang Rionanda menjadi energi positif bagi teman-temannya?

Ternyata bukan hanya untuk temannya saja. Sebagai gurunya pun, ketika mengajari Rionanda tentu sangat menyenangkan. Bisa menghidupkan suasana kelas dan memberi ide ditengah kebuntuan. Dampaknya, energi saya malah bertambah.  Sepertinya di-recharge. Berdasarkan pengamatanku, begitu pula dengan pengalaman guru-guru yang lainnya.

Jadi, tentu tidak bisa disangkal pernyataan ini "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya (Amsal)" Bahkan dari seorang anak kecil pun, bisa. Kalau begitu, jagalah energimu selalu dengan orang-orang positif di sekitarmu.

Salam energi baik!

IG : @thurneysen2209

Twitter : @ThaddiusStak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun