Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluarga Sehat, Keluarga Bijak Bermedia Sosial

16 Agustus 2017   10:33 Diperbarui: 16 Agustus 2017   19:56 2902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : http://tekno.liputan6.com/read/2634027/3-media-sosial-favorit-pengguna-internet-indonesia

Sejak sekolah dasar (SD) saya terbiasa disuruh ibu untuk menulis surat kepada keluarga adik-adiknya. Apakah karena tulisanku bagus? Tentu bukan. Tulisan saudaraku yang lebih tua jauh lebih bagus dari tulisanku loh! Mungkin karena saya lebih senang menulis barangkali (baca : merangkai kata-kata).

Dari tujuh bersaudara, keluarga ibuku memang sejak dulu semuanya ada di Pulau Jawa. Ada yang tinggal di Jakarta, Solo dan Tegal. Hanya ibuku yang tinggal di Sumatera. Untuk berkumpul atau bertemu tentu tidak semudah seperti sekarang. Disamping sarana transportasi yang masih terbatas, tiketnya juga sangat mahal. Jadi untuk bertemu, bisa sampai puluhan tahun.

Cara yang paling sering digunakan untuk berkomunikasi yakni dengan surat menyurat. Bagi generasi milenial atau post milenial, mungkin tidak bisa lagi membayangkan bagaimana perjuangan untuk berkomunikasi di masa dulu. Mulai dari nulis surat, ngirim ke kantor pos, hingga menerima balasan dari saudara. Prosesnya bisa sampai berbulan. Artinya, untuk menanyakan kabar saja, kita harus menunggu jawaban sebulan kemudian.

Sangat jauh berbeda dengan keadaan sekarang. Hitungan detik, kita bisa tahu kabar dari seluruh anggota keluarga. Bukan hanya kabarnya saja, tapi hampir seluruh aktifitasnya bisa kita ketahui dari media sosial. Itulah kehebatan era internet dan era digital. Wajar, hampir seluruh anggota keluarga dari ibuku telah memiliki media sosial seperti facebook, whatsapp, Instagram, twitter, dan yang lainnya. Bahkan kita telah memiliki grup khusus untuk whatsapp. Rasanya semua keluarga yang jauh begitu dekat.

Bagi keluarga kami, inilah salah satu arti pentingnya media sosial tersebut. Seluruh anggota keluarga bisa intens berkomunikasi walaupun satu dengan lainnya saling berjauhan.

Bagaimana dengan keluarga Anda? Tentu banyak hal yang bisa dirasakan dari manfaat media sosial tersebut, bukan? Disamping untuk berkomunikasi, mungkin ada yang bisa memanfaatkannya  untuk memperoleh berita dan informasi, berjualan online, dan lain sebagainya.

Tetapi amat disayangkan bahwa tidak sedikit ternyata yang menyalahgunakan media sosial tersebut untuk hal yang negatif. Mulai dari menyebarkan fitnah dan kebohongan publik. Belum lagi ada yang jadi sering menunda dan melalaikan pekerjaan, menelantarkan anak dan tidak peduli dengan anggota keluarga lainnya. Hingga ada yang sampai kepada tahap kecanduan dan ketergantungan. Kayak narkoba aja ya? Serem kalau sudah begini.

Pertanyaannya, apakah media sosial tersebut salah? Jawabannya tentu tidak. Jika digunakan untuk hal yang positif dan bisa dikendalikan tentu akan bermanfaat. Berbeda sekali jika disalahgunakan dan tidak bisa dikendalikan. Ini yang akan menjadi masalah. Media sosial sebenarnya tidak ubahnya dengan sebuah pisau. Bisa digunakan untuk mengiris tomat, tapi bisa juga untuk melukai orang lain. Pilihannya selalu ada di tangan masing-masing.

Ini Era Internet dan Digital Bung!

Harus kita akui bahwa perubahan terjadi begitu cepat, termasuk dalam hal teknologi informasi dan komunikasi. "Ini era internet, era digital bung! Mana mungkin ada orang tidak mengenal atau media sosial lagi? Yang ada, banyak orang sudah keranjingan bermedia sosial." Begitulah kata seorang teman dalam sebuah diskusi di warung kopi.

Sejauh mana sebenarnya pengguna internet Indonesia yang mengakses media sosial? Saya pernah menemukan data di internet, yakni data Perilaku Pengguna Internet Indonesia yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) berdasarkan hasil survey 2016.

Sumber : https://www.slideshare.net/OyhonxdCalista/infografis-penetrasi-dan-perilaku-pengguna-internet-indonesia-2016-apjii
Sumber : https://www.slideshare.net/OyhonxdCalista/infografis-penetrasi-dan-perilaku-pengguna-internet-indonesia-2016-apjii
Ternyata 97,4% dari 129,2 juta pengguna internet ternyata merupakan pengakses media sosial. Wah, mencapai separuh dari penduduk Indonesia ternyata. Dan faktanya, bahwa pengguna media sosial seperti facebook, instagram dan youtube merupakan platform yang terbanyak mendapatkan kunjungan.

Sumber : http://tekno.liputan6.com/read/2634027/3-media-sosial-favorit-pengguna-internet-indonesia
Sumber : http://tekno.liputan6.com/read/2634027/3-media-sosial-favorit-pengguna-internet-indonesia
Dari data tersebut, yang mau saya sampaikan adalah bahwa masyarakat kita ternyata sudah melek dengan media sosial. Tetapi seiring perjalanan waktu, kita sering mendengar banyak masalah yang terjadi setelah menggunakan masalah tersebut. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya. Mulai dari menyebarkan fitnah dan kebohongan publik, menunda dan melalaikan pekerjaan, menelantarkan anak dan tidak peduli dengan anggota keluarga lainnya, kecanduan dan ketergantungan terhadap media sosial, bahkan hingga harus berurusan dengan aparat hukum.

Perubahan memang tidak bisa kita tolak dan bendung. Bahkan kehadiran media sosial pun kita tidak berdaya untuk menghentikannya. Apalagi media sosial pun sebenarnya banyak manfaat dan pengaruhnya positifnya. Untuk itu, yang bisa kita lakukan adalah kembali memberdayakan peran keluarga. Sehingga setiap anggota keluarga tetap memiliki prinsip dan nilai-nilai hidup, sehingga tidak terjadi kondisi anomi, yakni kehilangan pegangan. Dengan demikian, setiap anggota  keluarga tetap bisa mengendalikan jari-jarinya.

Peran Keluarga sebagai Benteng Pertahanan

Keluarga adalah masyarakat terkecil yang terdapat dalam sebuah bangsa. Keluarga tentu sangat berpengaruh terhadap kemajuan sebuah bangsa dan negara. Artinya tidak boleh menyepelekan atau mengabaikan fungsi keluarga tersebut. Pertanyaannya, apa sebenarnya fungsi keluarga tersebut? 

Sumber infografis : media sosial BKKBN
Sumber infografis : media sosial BKKBN
Dari delapan fungsi keluarga yang ada di infografis, ada beberapa peran yang ingin saya bahas dalam tulisan saya agar anggota keluarga bijak dan tetap mawas diri dalam memaknai dan menjalani kehidupannya. Diantaranya, fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, serta sosialisasi dan pendidikan.

Fungsi Keagamaan

Peran keluarga dalam keagamaan sangat penting. Sejatinya, seorang anak pertama sekali mendapatkan nilai-nilai religius berasal dari orangtua. Untuk itu, sebagai orangtua harus bisa menjadi teladan dalam beribadah dan berperilaku. Sehingga, ketika anak melakukan sebuah tindakan, setidaknya dia sudah memiliki pegangan mana yang benar, penting, dan boleh dilakukan.

Fungsi Sosial Budaya

Sejak kecil, anak harus diajarkan bahwa ada tempat yang lebih luas yaitu masyarakat sebagai tempat untuk menjalani kehidupan sesungguhnya. Anak harus dilatih untuk siap memasuki masyarakat tersebut dengan ketrampilan bermasyarakat. Semua itu diawali di dalam keluarga. Bagaimana anak bisa peduli sesama, menghargai dan bertoleransi dengan orang lain, dan lain sebagainya.

Fungsi Cinta Kasih

Cinta kasih akan sesama bukan sebuah pengetahuan, tetapi sebuah hasil pengalaman hidup. Untuk itu seorang anak tidak mungkin bisa menagasihi orang lain jikalau di keluarga si anak tersebut tidak merasakan kasih sayang.

Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Keluarga merupakan tempat seorang anak pertama sekali merasakan sosialisasi, atau yang kita kenal dengan istilah sosialisasi primer.Dalam sosialiasi ini anak harus mendapatkan pendidikan yang benar, sehingga ketika masuk ke masyarakat tempat menjalani sosialisasi sekunder tidak ada masalah. Dengan demikian nilai dan norma yang diperoleh dari rumah menjadi senjatanya untuk memasuki kehidupan diluar rumah.

Selanjutnya apa hubungan fungsi keluarga tersebut dengan media sosial? Tentu sangat berkaitan. Melalui peran keluarga, maka diharapkan setiap anggota keluarga bijaksana dalam bertindak dan melakukan sesuatu. Setiap anggota keluarga tetap memiliki pegangan seperti nilai dan norma yang berlaku masyarakat.

Dengan pegangan tersebut, maka ketika anggota keluarga bermedia sosial pun, akan dengan mudah mengetahui rambu-rambunya. Mana yang bermanfaat, positif dan benar. Dengan demikian, kehadiran media sosial tersebut bukan menjadi masalah bagi sebuah keluarga. Tapi justru bisa menjadi peluang baru untuk mendukung keluarga. Misalnya, kehadiran media sosial ternyata bisa menjadi peluang untuk meningkatkan penghasilan keluarga, menambah pengetahuan dan wawasan, serta membangunkan potensi dan kreatifitas anggota keluarga.

Untuk itu, mari bersama-sama kita membangun dan mengoptimalkan keluarga sehingga tercipta keluarga yang berketahanan dan berkarakter.

*****

Bukti share link di FB dan Twitter

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10155674844948140&id=687993139

https://twitter.com/ThaddiusStak/status/897803316582768641

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun