Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Danamon Berselancar di Era Generasi Millenial

14 Oktober 2016   16:21 Diperbarui: 16 Oktober 2016   13:09 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Perubahan tidak mengenal berhenti. Saat kau menghentikan perubahanmu sendiri, maka sama saja kau sudah berakhir." (Anonim)

Benar sekali! Bahwa suatu hal yang pasti adalah perubahan. Untuk itu perlu keterbukaan untuk merima perubahan tersebut, jika tidak ‘mati’. Demikian halnya untuk industri perbankan, terbuka akan perubahan adalah sebuah keniscayaan. Jika tidak, maka akan ditinggal oleh nasabah. Untuk itulah perlu selalu mengusung semangat perubahan dan tentu dengan cara bijaksana.

Bank Danamon adalah satu perbankan yang selalu berinovasi mengikuti perubahan zaman. Enampuluh tahun Bank Danamon berselancar mengarungi setiap gelombang zaman. Masa-masa itu pula Bank Danamon tetap setia mengabdi bagi negeri dan melayani masyarakat. Tentu banyak hal yang sudah alami. Eksistensinya hingga bertahan hingga tahun ke-60 ini adalah bagian dari keterbukaan tersebut terhadap perubahan.

Pada acara nangkring Kompasiana dan Danamaon (1/10/2016) di Menara Gedung Menara Bank Danamon Lantai 22, Toni Darusman (Chief Marketing Officer Bank Danamon) mengatakan bahwa tahun ini Bank Danamon mengusung slogan ‘Mantap Melaju’. Tetap mantap menjadi salah satu bank yang menjadi solusi finansial dan membantu kemudahan dari pelanggan.

Nangkring Bank Danamon bersama Kompasiana. Sumber : dokumen pribadi
Nangkring Bank Danamon bersama Kompasiana. Sumber : dokumen pribadi
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memperkenalkan media sosial yang lebih disegarkan “face” atau tampilannya. Dengan demikian perlu semakin mendekatkan diri dengan komunitas, blogger, media sosial serta hal-hal yang relevan dan kekinian.

Disamping itu, menurut Toni Darusman bahwa di ulang tahun ke-60, juga perlu tetap memperhatikan dan ingin menggaet generasi millennial (Generasi Y). Anak-anak muda yang demikian sangat berbeda karakteristik, keperluan dan interaksinya. Bahkan kita yang tidak muda pun tetap mengukiti generasi yang demikian, yang dekat dengan gadget dan media sosial. Dengan demikian Bank Danamon untuk generasi yang demikian harus ada, dan bukan itu saja. Tapi relevan. 

sumber : marselusalbert - WordPress.com
sumber : marselusalbert - WordPress.com
Sebagai bank yang kredibel, harus menunjukkan bahwa bisa dipercaya dan diterima semua kalangan. Namun bank dalam konteks yang demikian tidak harus kaku dan formal, harus bisa dekat dengan anak muda. Dengan demikian Bank Danamon bisa tetap menjadi pilihan utama dalam setiap kebutuhan mereka. Bukan lagi memilih Bank Danamon karena urusan pembayaran gaji dari kantor atau urusan transaksi biaya perkuliahan di kampus semata.

Untuk mewujudkan hal tersebut, seperti apa yang telah disampaikan Toni Darusman sebelumnya, maka Bank Danamon terbuka mengundang Kompasiana dan komunitas Nebengers untuk duduk bersama dalam sebuah acara nangkring bersama. Dalam acara nangkring tersebut ada banyak hal yang ingin didiskusikan dan disampaikan seputar komunitas.

Tentu komunitas yang diundang tersebut adalah komunitas yang sudah tidak asing lagi dengan internet dan media sosial. Ini tentu adalah cara yang tepat mengingat  Bank Danamon ingin mewujudkan tema “Mantap Melaju Menjangkau Komunitas Melalui Media Sosial”.   Dengan harapan melalui acara nagkring tersebut ada sinergi dari para komunitas yang aktif menggunakan media sosial bersama Bank Danamon yang ingin berinovasi menjangkau para nasabah dan calon nasabah dalam sebuah komunitas di media sosial. Salah satu yang digunakan adalah melalui komunitas di twitter.

Transformasi Komunitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa komunitas tersebut adalah kelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu; masyarakat; paguyuban. Artinya yang terpenting dalam sebuah komunitas adalah sebuah interaksi satu dengan yang lain. Tetapi kalimat di daerah tertentu tersebut tentu bisa relevan (atau tidak) dengan situasi sekarang.

Berdasarkan perkembangan zaman, ternyata komunitas tersebut telah mengalami transformasi. Kalau dulu komunitas bisa berjalan harus dengan bertatap muka  di daerah tertentu. Tetapi di era digital ini, tanpa bertatap muka pun komunitas sudah bisa terjadi melalui media sosial. Tetapi yang terpenting tetap masih tercipta dan terjalin interaksi antara satu dengan yang lainnya walaupun di daerah yang berbeda.

Bahkan Iskandar Zulkarnaen (Assistant Manager Kompasiana) mengatakan demikian. Bahwa dalam sebuah komunitas yang terpenting sebenarnya bukan masalah kumpul-kumpulnya saja di tempat tertentu. Tetapi yang lebih penting adalah kemauan orang yang ada di dalamnya untuk menjalankan fungsinya dan mencapai tujuan dari komunitas tersebut. Tentu diharapkan terjadi sebuah interaksi yang intens.

Mencontohkan dengan Kompasiana. Bahwa media ini dari awal telah terbentuk sebuah komunitas yang didasarkan tujuan dan kepentingan yang sama dari para pembaca yang ingin terlibat dalam menulis. Artinya, komunitas ini terbentuk atas dasar basis konten dalam menulis.

Seiring perkembangannya, dari para Kompasianer (jurnalis warga di Kompasiana) maka komunitas ini bertransformasi dengan melahirkan komunitas-komunitas baru atas dasar ketertarikan yang sama. Basis konten dan minat penulisan yang sama, seperti orang-orang yang tertarik kuliner,  nonton, wisata (travelling). Bahkan hingga saat ini di Kompasiana sendiri sudah terbentuk hingga 30 Komunitas yang resmi. Komunitas tersebut bertujuan mengukuhkan semangat bersama serta dengan demikian lebih mudah diidentifikasi oleh para pembaca.

Sumber : dokumen pribadi
Sumber : dokumen pribadi
Demikian halnya dengan komunitas Nebengers. Komunitas yang digagas oleh Andrea Aditya membangun sebuah komunitas berangkat dari isi kemacetan yang semakin menggila. Dengan konsep ‘nebeng’ kedaerah tujuan yang sama akan meminimalkan angkutan yang ada di jalan raya. Atau berusaha mengurangi atau meminimalkan kemacetan, tentu dengan memaksimalkan penggunaan twitter.

Hambatan pertama sekali dari komunitas ini adalah masalah kepercayaan, atau bahkan keraguan akan timbulnya kejahatan. Tetapi untuk meminimalkan hal yang demikian, maka komunitas nebengers mulai memperhatikan profil dari yang ingin menumpang, bukan itu saja mengamati dari setiap tweet-nya dan konten-konten yang berada dalam twitter tersebut. Dengan harapan penumpang tersebut adalah yang memiliki niat yang benar.

Tetapi berjalan dengan waktu komunitas ini melakukan transformasi diri. Untuk meningkatkan tingkat keamanan dan kenyaman, maka mulailah dibuat aplikasi untuk melihat reputasi penumpang (digital reputation). Bahkan melalui aplikasi tersebut banyak kemudahan-kemudahan yang diperoleh seperti tujuan perjalanan dan data diri.

Dari dua komunitas tersebut, sangat jelas kita lihat pentingnya transformasi komunitas tersebut. Tetap pada esensinya bahwa komunitas yang dimaksud masih tetap mengandalkan media digital dan media sosial dalam membangun interaksi, walaupun adakalanya tetap pertemuan dengan tatap muka langsung melalui acara nangkring atau pun kopi darat.

Danamon Memilih ‘PDKT’ Melalui Media Sosial

Latar belakang Bank Danamon mulai lebih serius melirik media sosial karena antara perbankan dengan media sosial sepertinya masih ada gap. Sementara masa sekarang ini adalah eranya media sosial. Tentu para nasabah dan calon nasabah pun hampir bisa dipastikan juga memiliki media sosial.  Danamon pun mulai memikirkan bagaimana cara mendekatkan diri dengan mereka, saatnya mendengar nasabah sehingga bisa memahami apa yang menjadi kebutuhan mereka.

Menurut Gandhi, bahwa semua momen yang ada saat ini adalah milik dunia. Untuk itu Bank Danamon harus melakukan transformasi. Bila tidak, maka akan punah seperti Dinosaurus. Itulah alasan mengapa Bank Danamon juga menggunakan pendekatan dengan media sosial. Disamping itu, harapan Danamon melakukan bahwa seseorang memilih menjadi nasabah Bank Danamon bukan karena keterpaksaan, tapi karena pilihan.

Gambar berikut adalah merupakan bukti bahwa pengguna internet di dunia dalam setiap menit sangat tinggi. Bisa disimpulkan bahwa memanfaatkan sarana internet adalah sebuah peluang besar bagi semua pihak, termasuk Bank Danamon. Belum lagi kita bandingkan dengan di Indonesia, bahwa pemanfaatan sarana digital begitu tinggi serta platform-platform media sosial pun ramai dikunjungi. Bukankah kekliruan besar bila industri perbankan tidak serius membidik media sosial? Atau membangun komunitas melalui media sosial?

sumber : https://id.techinasia.com/laporan-pengguna-website-mobile-media-sosial-indonesia
sumber : https://id.techinasia.com/laporan-pengguna-website-mobile-media-sosial-indonesia
sumber : https://id.techinasia.com/laporan-pengguna-website-mobile-media-sosial-indonesia
sumber : https://id.techinasia.com/laporan-pengguna-website-mobile-media-sosial-indonesia
Sebenarnya tiga tahun lalu Bank Danamon sudah ada media sosial, tetapi tahun 2015 media sosial dilirik lebih serius sebagai media komunikasi dengan nasabah. Bahkan lebih dari itu, media sosial saat ini dianggap sebagai asset perusahaan yang harus dikelola secara serius.

Dengan kehadiran media sosial tersebut, diharapkan kecepatan pelayanan semakin meningkat. Pelayanan pun akhirnya bisa dimaksimalkan menjadi 24 jam dalam sehari. Dengan demikian, ketika tengah malam pun ada nasabah yang membutuhkan, ATM ketelan atau laporan-laporan lainnya bisa dengan mudah diselesaikan. Intinya, “Bank tidak boleh tidur” kata Gandhi.

Hingga saat ini, Bank Danamon sendiri telah memiliki akun aktif diberbagai media media sosial, seperti facebook, twitter, Instagram dan yang lainnya. Tentu ini semua dilakukan untuk memudahkan menyebarkan informasi tentang Bank Danamon dan hal-hal yang berhubungan dengan hal tersebut. Tentu terbuka untuk nasabah Bank Danamon atau pun yang bukan nasabah yang ingin bertanya seputar Bank Danamon. Untuk itu sekarang silahkan follow twitter berikut!

@Danamon

Akun twitter ini untuk Anda yang ingin mendapatkan kabar terbaru dari Bank Danamon, edukasi perbankan dan lowongan pekerjaan.

Sumber : Twitter Danamon
Sumber : Twitter Danamon

@myDanamon

Akun twitter ini untuk Anda yang ingin selalu up to date. Ingin mendapatkan referensi seputar gaya hidup.

Sumber : Twitter Danamon
Sumber : Twitter Danamon

@HelloDanamon

Akun twitter ini untuk Anda yang membutuhkan informasi, solusi atas produk dan layanan Bank Danamon

Sumber : Twitter Danamon
Sumber : Twitter Danamon

@Kartu Danamon

Akun twitter ini untuk Anda yang membutuhkan informasi kartu debit dan kartu kredit Bank Danamon

Sumber : Twitter Danamon
Sumber : Twitter Danamon

@DanamonBiz

Akun twitter ini untuk Anda yang membutuhkan solusi, informasi dan wawasan tentang dunia bisnis

Sumber : Twitter Danamon
Sumber : Twitter Danamon

@DanamonDSP

Akun twitter ini untuk Anda yang membutuhkan inspirasi dan tips dalam memulai serta mengelola usaha.

Sumber : Twitter Danamon
Sumber : Twitter Danamon
Diakhir nangkring, tentu semua sepakat bahwa komunitas itu perlu, media sosial itu perlu. Bahkan komunitas yang digerakkan media sosial tentu dua hal yang saling mendukung dan melengkapi. Tetapi perlu diingat bahwa kunci komunitas yang baik itu bila terjadi kolabarasi, seperti yang dikatan oleh Andreas (penggagas komunitas Nebengers). Sementara Iskandar Zulkarnaen (Kompasiana) mengatakan bahwa komunitas itu adalah aksi. Berbeda dengan Ghandi (Danamon) bahwa melalui komunitas mari kita bangun cerita bersama, bukan hanya cerita tapi kolaborasi. Dengan demikian “Mantap Melaju Menjangkau Komunitas Melalui Media Sosial” akan tercapai.

Salam Komunitas.

Facebook IITwitter

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun