Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hari Senyum Sedunia dan GBBS Diawali dari Hati

7 Oktober 2016   13:41 Diperbarui: 7 Oktober 2016   14:13 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber gambar : facebook
Sumber gambar : facebook
Saya tidak tahu persis latar belakang lahirnya hari peringatan tersebut. Tetapi saya tahu bahwa dunia ini sampai kapan pun butuh senyum. Memang harus diakui bahwa dunia ini sedang mengalami krisis senyum, termasuk Indonesia. Terkadang betapa susahnya mendapatkan senyum. Manusia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, masalah semakin kompleks, kemacetan, pengangguran, kerusuhan, kejahatan, penyakit, bahkan banyak lagi penyebab terenggutnya sebuah senyuman dari bibir seseorang. Tapi, tidak ada alasan untuk tidak tersenyum, justru dalam masa-masa seperti itu senyum itu sangat dibutuhkan.

Indonesia sendiri sebagai sebuah negara yang sedang menggalakkan pariwisata, tentu sadar bahwa senyum adalah sebuah modal dasar untuk menarik wisatawan, baik dari mancanegara maupun domestik. Bisa anda bayangkan seandainya seorang wisatawan yang ke suatu lokasi wisata, tetapi penduduk setempat tidak seorang pun yang murah tersenyum dalam menyambutnya. Saya yakin, semenarik apapun objek wisatanya, kuliner, atau fasilitas pendukungnya, wisatawan akan ogah berkunjung untuk kedua kalinya ke tempat tersebut. Atau  celakanya lagi mereka justru bisa menghasut teman-temannya untuk tidak berkunjung ke tempat tersebut.

Pemerintah kita sendiri sedang menggiatkan budaya senyum bagi masyarakat Indonesia. Bukan hanya itu saja, tetapi mendorong budaya bersih juga. Hal ini mengingat bahwa target pemerintah lima tahun kedepan akan berusaha meningkatkan kunjungan wisatawan hingga mencapai 50 juta orang ke Indonesia.


Melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) telah mulai dicanangkan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS). Gerakan tersebut  telah dimulai pada 19 September 2015 yang lalu. Adapun tujuan gerakan tersebut yakni untuk membangun sikap mental masyarakat Indonesia agar peduli dengan kebersihan lingkungan, berkepribadian ramah dan murah senyum, sekaligus pembuka jalan bagi kekuatan Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia.

Bersih dan Senyum Diawali dari Hati dan Keluarga

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Menurut saya, jangan berharap banyak untuk kesuksesan GBBS tersebut, jika kita tidak mampu menaruh harapan pada diri kita masing-masing. Dari diri kita seharusnya memiliki sikap peduli akan kebersihan dan murah senyum. Demikian halnya dengan keluarga dan lingkungan kita tinggal. Kalau begitu, tentu itu akan menggelinding bagai bola salju yang berputar, sehingga untuk tingkat yang lebih luas, nasional, GBBS tersebut niscaya akan mudah terlaksana.

Pertanyaannya, apakah kita masih tetap membuang sampah sembarangan? atau membiarkan orang lain seenaknya membuang sampah di sembarang tempat? Apakah kita sudah bersedia untuk mudah tersenyum dan tulus kepada anggota keluarga dan lingkungan kita tinggal?  Jika tidak, jangan berharap budaya GBBS bisa berjalan. Jangan berharap wisatawan datang ke negeri ini.

Salam Bersih dan Murah Senyum!

Facebook II Twitter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun