Indonesia sendiri sebagai sebuah negara yang sedang menggalakkan pariwisata, tentu sadar bahwa senyum adalah sebuah modal dasar untuk menarik wisatawan, baik dari mancanegara maupun domestik. Bisa anda bayangkan seandainya seorang wisatawan yang ke suatu lokasi wisata, tetapi penduduk setempat tidak seorang pun yang murah tersenyum dalam menyambutnya. Saya yakin, semenarik apapun objek wisatanya, kuliner, atau fasilitas pendukungnya, wisatawan akan ogah berkunjung untuk kedua kalinya ke tempat tersebut. Atau  celakanya lagi mereka justru bisa menghasut teman-temannya untuk tidak berkunjung ke tempat tersebut.
Pemerintah kita sendiri sedang menggiatkan budaya senyum bagi masyarakat Indonesia. Bukan hanya itu saja, tetapi mendorong budaya bersih juga. Hal ini mengingat bahwa target pemerintah lima tahun kedepan akan berusaha meningkatkan kunjungan wisatawan hingga mencapai 50 juta orang ke Indonesia.
Melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) telah mulai dicanangkan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS). Gerakan tersebut  telah dimulai pada 19 September 2015 yang lalu. Adapun tujuan gerakan tersebut yakni untuk membangun sikap mental masyarakat Indonesia agar peduli dengan kebersihan lingkungan, berkepribadian ramah dan murah senyum, sekaligus pembuka jalan bagi kekuatan Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia.
Bersih dan Senyum Diawali dari Hati dan Keluarga
Pertanyaannya, apakah kita masih tetap membuang sampah sembarangan? atau membiarkan orang lain seenaknya membuang sampah di sembarang tempat? Apakah kita sudah bersedia untuk mudah tersenyum dan tulus kepada anggota keluarga dan lingkungan kita tinggal? Â Jika tidak, jangan berharap budaya GBBS bisa berjalan. Jangan berharap wisatawan datang ke negeri ini.
Salam Bersih dan Murah Senyum!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H