Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengakhiri Dilema Sumber Air Bersih di Jakarta dengan Ajakan Bersama Demi Air

26 Maret 2016   15:43 Diperbarui: 23 Maret 2018   02:51 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instalasi Pengolahan Air 1 PALYJA Pejompongan. Sumber Foto : Kompasiana

Air merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Tetapi ironisnya, manusia sering menyia-nyiakan dan  tidak menghargai air sebagai bagian dari penopang keberlangsungan hidupnya. Lihat saja. Masih ada sungai-sungai disekitar kita dipenuhi sampah, limbah rumahtangga serta industri. Air tanah dieksploitasi habis-habisan tanpa memperimbangkan resiko yang akan muncul sesudahnya. Seolah tidak perlu lagi memikirkan masa depan.

Mengenang Hari Air Dunia (Selasa, 22/03/2016), seharusnya menjadi refleksi dan evaluasi bagi setiap orang. Ditengah-tengah krisis air bersih di berbagai belahan dunia, kita harus lebih prihatin dan mulai berpikir dan bertindak nyata. Bagaimana kita bisa berkontribusi untuk penyelamatan air bersih dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan di rumah dan kantor kita masing-masing.

Tetapi kita bersyukur, ternyata masih banyak orang, kelompok atau organisasi yang masih lantang menyuarakan tindakan penyelamatan air. Ingatlah, ini bukan hanya tugas mereka. Seharusnya menjadi tanggung jawab kita bersama.

Defisit Air Bersih 9.100 Liter/Detik

Dalam acara nangkring Kompasiana dan PALYJA, Senin (21/03/2016), Bapak Budi Susilo (Direktur Customer Service PALYJA) mengatakan bahwa air bersih di Jakarta semakin langka. Dari lebih kurang 13 sungai yang mengalir di Jakarta, hampir semua tidak ekonomis lagi untuk diolah menjadi air bersih. Hal ini disebabkan kebiasaan sebagian masyarakat membuang deterjen dan sampah ke sungai. Sehingga air sungai tersebut telah terkontaminasi deterjen dan amonia.

Sementara air tanah di beberapa wilayah Jakarta sudah tidak aman secara kualitas dan kuantitasnya. Hal ini berdasarkan penelitian BPLHD DKI Jakarta pada tahun 2008. Berdasarkan persentasi kelayakannya, bahwa daerah Jakarta Utara hanya layak dikonsumsi 12%, Jakarta Barat 7%, Jakarta Pusat 9%, Jakarta Selatan 35% dan Jakarta Tinur 30%. Hal ini disebabkan tingkat pencemaran air tanah oleh bakteri E-Coli serta Fecal Coliform yang disebabkan oleh rembesan septic tank dan meresapnya zat kimia, logam, zat pewarna, sabun dan berbagai zat berbahaya lainnya dari industri-industri rumahan.

Terbatasnya sumber air bersih dari air permukaan dan air tanah telah menjadi ancaman serius bagi penduduk Jakarta. Berdasarkan studi PAM Jaya, bahwa tingkat ketahanan air di Jakarta hanya sekitar 3% saja. Hal ini dilihat dari kebutuhan air bersih di Jakarta mencapai 26.100 liter/detik. Sementara kebutuhan air bersih yang dapat dipenuhi oleh kedua operator tersebut hanya 17.000 liter/detik. Itu artinya, Jakarta mengalami defisit air bersih 9.100 liter/detik. Bisa anda bayangkan dengan penduduk Jakarta saat ini sudah lebih dari 10 juta jiwa. Berapa air bersih yang dibutuhkan setiap harinya. Apalagi setiap orang ternyata membutuhkan air 100 liter/hari.

Upaya PALYJA dalam Menanggulangi Masalah Air di Jakarta

Sejak tahun 1997, PAM Jaya telah melakukan kerjasama dengan dua operator pengolahan dan pelayanan air bersih untuk masyarakat Jakarta, yaitu PALYJA dan Aetra. Kedua operator tersebut memiliki wilayah pelayanan masing-masing. PALYJA berada di bagian barat Jakarta, sementara Aetra dibagian timur Jakarta. Sungai Ciliwung merupakan batas wilayah pelayanannya.

Menurut Ibu Meyritha (Corporate Communication and Social Responsibility Division Head) bahwa pendelegasian pengelolaan air bersih dari PAM Jaya kepada swasta dalam bentuk kerjasama saja. Segala aset utilitis akan dikembalikan kepada PAM Jaya pada saat kontrak berakhir. Dalam hal ini, kontrak kerjasama yang telah disepakati untuk masa waktu 25 tahun.

Presentasi Meyritha (Corporate Communication and Social Responsibility Division Head). Sumber Foto : Kompasiana
Presentasi Meyritha (Corporate Communication and Social Responsibility Division Head). Sumber Foto : Kompasiana
Sebagai pengelola air bersih di Jakarta, PALYJA memiliki ruang lingkup kerja mulai dari produksi, distribusi, customer services (metering-billing-collection), perawatan dan rehabilitasi serta investasi. Melalui investasi, PALYJA telah menginvestasikan dana sebesar 2.089 triliun. Fokus investasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan, penjualan dan transfer teknokogi. Melalui investasi tersebut terlihat jelas pencapaian utama PALYJA di tahun 2015. Jikalau tahun 1998 telah memiliki 201.000 sambungan, 89.2 juta m3 volume air terjual, 59.4% Non Revenue Water, serta 32% telah dapat mengakses air bersih. Maka tahun 2015 telah memiliki 404.769 sambungan, 160.3 juta m3 volume air terjual, 39.3% Non Revenue Water, serta 73% telah dapat mengakses air bersih.

Sementara dari sisi pertumbuhan pelanggan PALYJA dari tahun 1998-2015, Ibu Mey juga memaparkan bahwa dari enam kelompok pelanggan yaitu kelompok usaha skala besar, kelompok rumah tangga mewah dan usaha menengah, kelompok rumah tangga menengah dan usaha kecil, kelompok rumah tangga sederhana, kelompok penghasilan rendah dan kekompok sosial, bahwa pelanggan kelompok masyarakat penggasil rendah memiliki peningkatan yang lebih tinggi yakni lebih 571%.

Itu adalah komitmen PALYJA kepada masyarakat berpenghasilan rendah. Bahkan hingga saat ini, telah diupayakan 58 kios air dan master meter untuk melayani 70.000 warga. 245 public hydrants untuk melayani 73.500 warga. Bahkan telah mencapai 5000 koneksi GPOBA (Global Partnership on Output Based Aid).

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan air bersih, PALYJA tetap melakukan pengembangan operasi. Misalnya tahun 2015 telah mengoperasikan Instalasi Pengambilan Air Baku Kanal Banjir Barat (500 lps) dengan inovasi terbaru yakni Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) yang merupakan teknologi pertama dan satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara. Teknologi ini merupakan pemanfaatan bakteri alami dalam proses pengolagan air yang mampu menghilangkan 87% amonia. Disamping itu, telah diupayakan peningkatan kapasitas produksi IPA Pejompongan (8.600 lps-8.800 lps).

Sementara tahun 2016 akan diupayakan peningkatan kapasitas produksi IPA Pejompongan (8.800 lps-9.200 lps) untuk mensuplai wilayah Jakarta Barat dan Utara. Peningkatan kualitas air bersih di jaringan (re-klorinasi di booster pump Grogol, Gajah Mada dan Tubagus Angke). Serta pengembangan operasi melalui instalation of motorized valves for controlling suplly.

Disamping itu, akan ada proyek pekerjaan tahun 2016 untuk penambahan jaringan pipa dan booster pump yang meliputi Proyek Fatmawati (kira-kira 1.2 km), Proyek Muara Baru (kira-kira 3.1 km) dan Proyek Kuningan (kira-kira 3.7 km). Serta di Instalasi Pengolagan Air (IPA) Cilandak akan ada pengerjaan teknologi biological pretreatmen yaitu MBBR untuk menghilangkan amonia hingga 70%. Juga optimasi reservoir yaitu dengan penambahan pipa koneksi.

Bersama Demi Air

Dalam kesempatan nangkring bersama PALYJA, saya mengamati langsung betapa kompleksnya ternyata untuk menjadi operator air bersih bagi Jakarta. Setidaknya ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Pertama, tambahan air baku dan peningkatan kualitas air baku yang ada saat ini. Kedua, pengembangan dan peningkatan distribusi jaringan. Ketiga, penanganan tindakan ilegal seperti pencurian air. Keempat, menciptakan sinergi dengan berbagai mitra (stakeholder).

Bicara tentang suplai air baku, IPA Pejompongan harus membeli air baku, bukan air baku bersih, tapi masih dalam bentuk air keruh. Jadi air baku yang keruh tersebut perlu mengalami proses pengolahan lagi.

Pak Khamid menjelaskan dan mendampingi para Kompasianer selama di mengunjungi IPA-1. Sumber Foto : Kompasiana
Pak Khamid menjelaskan dan mendampingi para Kompasianer selama di mengunjungi IPA-1. Sumber Foto : Kompasiana
Pak Kamid, yang memandu 30 kompasianer, menjabarkan dengan rinci tentang sumber air baku hingga proses pengolahannya. Beliau menjelaskan kalau air baku tersebut berasal dari waduk Jatiluhur. Kemudian dialirkan melalui Tarum Barat hingga Cawang. Dari Cawang dipompakan dan dialirkan ke venturi yang ada di Pejompongan. Dari venturi dialirkan melalui accelator untuk melakukan proses koagulasi, flokukasi, dan sedimentasi. Setelah selesai diproses di accelator dilanjutkan dengan penyaringan (filter) hingga ke shipon. Air yang sudah selesai pengolahan tersebut kemudian ditampung di reservoir. Dan kemudian siap didistribusikan ke pelanggan rumahan dan industri melalui pipa oleh PALYJA. Proses tersebut ternyata butuh 4 jam, mulai dari venturi hingga proses distribusi.

Untuk membuktikan hasil pengolahan tersebut. Para akhirnya, Kompasianer mencoba meminum air hasil olahan tersebut. Wow...luar biasa segar, tidak kalah dengan air mineral kemasan yang selama ini saya konsumsi. Tidak perlu kuatir, walaupun belum dimasak, air PALYJA telah memenuhi standar air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengwasan kualitas air. "Tapi bagaimana kalau air PALYJA ini kalau sudah sampai di rumah, apakah perlu dimasak?" tanya seorang Kompasianer. Pak Kamid, menjawab "Perlu, karena dalam pipa selama diperjalanan menuju rumah, mungkin ada pipa yang korosi, atau pipa bocor, sehingga airnya kurang steril"

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Inilah salah satu tantangan terberat masalah air yang harus dipikirkan saat ini. Semoga masa pemerintahan Ahok, air permukaan yang ada diberbagai sungai bisa ditangani dan dimaksimalkan kembali. Daerah-daerah resapan air lebih terperhatikan serta penambahan area hutan kota ditingkatkan. Demikian juga masyarakat meningkatkan kesadaran untuk menjaga kebersihan dari setiap sungai yang ada disekitarnya. Jadi ini adalah tanggung jawab bersama, butuh kerjasama semua pihak, seperti slogan yang dikampanyekan oleh PALYJA, Bersama Demi Air. Semoga bisa.

 

Sumber : Materi presentasi PALYJA pada acara nangkring bersama Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun