Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengakhiri Dilema Sumber Air Bersih di Jakarta dengan Ajakan Bersama Demi Air

26 Maret 2016   15:43 Diperbarui: 23 Maret 2018   02:51 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instalasi Pengolahan Air 1 PALYJA Pejompongan. Sumber Foto : Kompasiana

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan air bersih, PALYJA tetap melakukan pengembangan operasi. Misalnya tahun 2015 telah mengoperasikan Instalasi Pengambilan Air Baku Kanal Banjir Barat (500 lps) dengan inovasi terbaru yakni Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) yang merupakan teknologi pertama dan satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara. Teknologi ini merupakan pemanfaatan bakteri alami dalam proses pengolagan air yang mampu menghilangkan 87% amonia. Disamping itu, telah diupayakan peningkatan kapasitas produksi IPA Pejompongan (8.600 lps-8.800 lps).

Sementara tahun 2016 akan diupayakan peningkatan kapasitas produksi IPA Pejompongan (8.800 lps-9.200 lps) untuk mensuplai wilayah Jakarta Barat dan Utara. Peningkatan kualitas air bersih di jaringan (re-klorinasi di booster pump Grogol, Gajah Mada dan Tubagus Angke). Serta pengembangan operasi melalui instalation of motorized valves for controlling suplly.

Disamping itu, akan ada proyek pekerjaan tahun 2016 untuk penambahan jaringan pipa dan booster pump yang meliputi Proyek Fatmawati (kira-kira 1.2 km), Proyek Muara Baru (kira-kira 3.1 km) dan Proyek Kuningan (kira-kira 3.7 km). Serta di Instalasi Pengolagan Air (IPA) Cilandak akan ada pengerjaan teknologi biological pretreatmen yaitu MBBR untuk menghilangkan amonia hingga 70%. Juga optimasi reservoir yaitu dengan penambahan pipa koneksi.

Bersama Demi Air

Dalam kesempatan nangkring bersama PALYJA, saya mengamati langsung betapa kompleksnya ternyata untuk menjadi operator air bersih bagi Jakarta. Setidaknya ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Pertama, tambahan air baku dan peningkatan kualitas air baku yang ada saat ini. Kedua, pengembangan dan peningkatan distribusi jaringan. Ketiga, penanganan tindakan ilegal seperti pencurian air. Keempat, menciptakan sinergi dengan berbagai mitra (stakeholder).

Bicara tentang suplai air baku, IPA Pejompongan harus membeli air baku, bukan air baku bersih, tapi masih dalam bentuk air keruh. Jadi air baku yang keruh tersebut perlu mengalami proses pengolahan lagi.

Pak Khamid menjelaskan dan mendampingi para Kompasianer selama di mengunjungi IPA-1. Sumber Foto : Kompasiana
Pak Khamid menjelaskan dan mendampingi para Kompasianer selama di mengunjungi IPA-1. Sumber Foto : Kompasiana
Pak Kamid, yang memandu 30 kompasianer, menjabarkan dengan rinci tentang sumber air baku hingga proses pengolahannya. Beliau menjelaskan kalau air baku tersebut berasal dari waduk Jatiluhur. Kemudian dialirkan melalui Tarum Barat hingga Cawang. Dari Cawang dipompakan dan dialirkan ke venturi yang ada di Pejompongan. Dari venturi dialirkan melalui accelator untuk melakukan proses koagulasi, flokukasi, dan sedimentasi. Setelah selesai diproses di accelator dilanjutkan dengan penyaringan (filter) hingga ke shipon. Air yang sudah selesai pengolahan tersebut kemudian ditampung di reservoir. Dan kemudian siap didistribusikan ke pelanggan rumahan dan industri melalui pipa oleh PALYJA. Proses tersebut ternyata butuh 4 jam, mulai dari venturi hingga proses distribusi.

Untuk membuktikan hasil pengolahan tersebut. Para akhirnya, Kompasianer mencoba meminum air hasil olahan tersebut. Wow...luar biasa segar, tidak kalah dengan air mineral kemasan yang selama ini saya konsumsi. Tidak perlu kuatir, walaupun belum dimasak, air PALYJA telah memenuhi standar air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengwasan kualitas air. "Tapi bagaimana kalau air PALYJA ini kalau sudah sampai di rumah, apakah perlu dimasak?" tanya seorang Kompasianer. Pak Kamid, menjawab "Perlu, karena dalam pipa selama diperjalanan menuju rumah, mungkin ada pipa yang korosi, atau pipa bocor, sehingga airnya kurang steril"

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Inilah salah satu tantangan terberat masalah air yang harus dipikirkan saat ini. Semoga masa pemerintahan Ahok, air permukaan yang ada diberbagai sungai bisa ditangani dan dimaksimalkan kembali. Daerah-daerah resapan air lebih terperhatikan serta penambahan area hutan kota ditingkatkan. Demikian juga masyarakat meningkatkan kesadaran untuk menjaga kebersihan dari setiap sungai yang ada disekitarnya. Jadi ini adalah tanggung jawab bersama, butuh kerjasama semua pihak, seperti slogan yang dikampanyekan oleh PALYJA, Bersama Demi Air. Semoga bisa.

 

Sumber : Materi presentasi PALYJA pada acara nangkring bersama Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun