Seiring dengan meningkatnya kebutuhan air bersih, PALYJA tetap melakukan pengembangan operasi. Misalnya tahun 2015 telah mengoperasikan Instalasi Pengambilan Air Baku Kanal Banjir Barat (500 lps) dengan inovasi terbaru yakni Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) yang merupakan teknologi pertama dan satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara. Teknologi ini merupakan pemanfaatan bakteri alami dalam proses pengolagan air yang mampu menghilangkan 87% amonia. Disamping itu, telah diupayakan peningkatan kapasitas produksi IPA Pejompongan (8.600 lps-8.800 lps).
Sementara tahun 2016 akan diupayakan peningkatan kapasitas produksi IPA Pejompongan (8.800 lps-9.200 lps) untuk mensuplai wilayah Jakarta Barat dan Utara. Peningkatan kualitas air bersih di jaringan (re-klorinasi di booster pump Grogol, Gajah Mada dan Tubagus Angke). Serta pengembangan operasi melalui instalation of motorized valves for controlling suplly.
Disamping itu, akan ada proyek pekerjaan tahun 2016 untuk penambahan jaringan pipa dan booster pump yang meliputi Proyek Fatmawati (kira-kira 1.2 km), Proyek Muara Baru (kira-kira 3.1 km) dan Proyek Kuningan (kira-kira 3.7 km). Serta di Instalasi Pengolagan Air (IPA) Cilandak akan ada pengerjaan teknologi biological pretreatmen yaitu MBBR untuk menghilangkan amonia hingga 70%. Juga optimasi reservoir yaitu dengan penambahan pipa koneksi.
Bersama Demi Air
Dalam kesempatan nangkring bersama PALYJA, saya mengamati langsung betapa kompleksnya ternyata untuk menjadi operator air bersih bagi Jakarta. Setidaknya ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Pertama, tambahan air baku dan peningkatan kualitas air baku yang ada saat ini. Kedua, pengembangan dan peningkatan distribusi jaringan. Ketiga, penanganan tindakan ilegal seperti pencurian air. Keempat, menciptakan sinergi dengan berbagai mitra (stakeholder).
Bicara tentang suplai air baku, IPA Pejompongan harus membeli air baku, bukan air baku bersih, tapi masih dalam bentuk air keruh. Jadi air baku yang keruh tersebut perlu mengalami proses pengolahan lagi.
Untuk membuktikan hasil pengolahan tersebut. Para akhirnya, Kompasianer mencoba meminum air hasil olahan tersebut. Wow...luar biasa segar, tidak kalah dengan air mineral kemasan yang selama ini saya konsumsi. Tidak perlu kuatir, walaupun belum dimasak, air PALYJA telah memenuhi standar air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengwasan kualitas air. "Tapi bagaimana kalau air PALYJA ini kalau sudah sampai di rumah, apakah perlu dimasak?" tanya seorang Kompasianer. Pak Kamid, menjawab "Perlu, karena dalam pipa selama diperjalanan menuju rumah, mungkin ada pipa yang korosi, atau pipa bocor, sehingga airnya kurang steril"
Â
Sumber : Materi presentasi PALYJA pada acara nangkring bersama Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H