Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Paradigma Epistemilogi dalam Mencari Kebenaran

14 Mei 2022   09:01 Diperbarui: 16 Mei 2022   13:22 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KONSEP epistemologi sering dilihat sebagai teori ilmu pengetahuan yang berkitan dengan hakikat sumber pengetahuan serta batasan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan. 

Ilmu pengetahuan mencakup semua objek empiris dan mendukung bukti logis yang rasional, dirumuskan dalam bentuk hipotesis. Segala yang ada di alam ini dapat menjadi objek kajian ilmu pengetahuan, termasuk pengalaman manusia dalam berinteraksi denganlingkungannya. 

Kaitan konsep epistemologi dengan konsep ilmu pengetahuan keduanya bertemu pada titik rasionalisasi objek empiris, kemudian sama-sama mengkonstruksikan paradigma penelitian untuk membentuk teori-teori ilmu pengetahuan terkait segala hal yang dapat ditangkap secara indrawi tentang fenomena-fenomena alam yang terjadi di lingkungan manusia. 

Pengalaman manusia terhadap kejadian empiris dilihat sebagai sumber pengetahuan untuk kemudian ditelaah dan dikaji secara mendalam melalui berbagai tahap validasi untuk dijadikan sebuah teori ilmu pengetahuan.

Epistemologi disebut sebagai sumber ilmu pengetahuan dan sekaligus membentuk paradigma penelitian dalam pengembangan ilmu pengetahuan, baik secara teoritis maupun praktis. 

Maka dari semua itu, disusunlah beberapa hal yang dapat dijadikan sumber pengetahuan, seperti persepsi dari pengamatan indrawi, mulai dari ingatan, alur penalaran akal sehat, introspeksi, intuisi, otoritas, prekognisi, clairvoyance, dan bahkan telepati.

Dalam mengkonstruksikan metodologi penelitian, paradigrma epistimologi dapat dilihat dari tiga hal, yakni paradigma positivisme, paradigma konstruktivisme, dan paradigma pragmatisme.

Paradigma Positivisme 

Penjelasan Hakim (2020) dalam bahan materi pokok bahwa berdasarkan epistimologi ilmu pengetahuan, paradigma positivisme menekankan pada penalaran dalam melihat fenomena empiris untuk mengkonsepsikan pengetahuan dan ilmu pengetahuan.

Paradigma positivisme terkontruksi ketika ontological realism menegaskan bahwa ada satu jenis kebenaran (truth), sedangkan epistemological empiricism percaya bahwa kebenaran bisa diukur dan diuji dengan pengalaman manusia dan tahap-tahap observasi. Maka dari ontological realism dan epistemological empiricism tersebut muncul positivism paradigm.

Paradigma Konstruktivisme

Ontological relativism percaya bahwa ada lebih dari satu jenis kebenaran, sedangkan epistemological rationalism percaya pada penggunaan reason sebagai basis utama menjustifikasi beliefs dan claims. Dengan kata lain, rasio dan logika manusia merupakan sumber penting bagi penemuan pengetahuan baru. Dalam hal penelitian, pendekatan epistemology ini mirip dengan pendekatan emik.

Pendekatan emik merupakan pendekatan orang dalam. Dalam hal ini, peneliti percaya pada pendekatan subyektif tentang realitas. Ada pendapat bahwa emik tidak bisa disejajarkan dengan subjektif saja tetapi bisa juga sekaligus disejajarkan antara obyek dan subjek. 

Maka pendekatan etik sebagai pendekatan orang luar yang dinilai sangat tertutup dalam hal makna, seperti prinsip obyekyektif, pasti akan berhubungan dalam masalah obyek-subyek karena dalam karya etnografi khususnya etik dan emik saling menguatkan antara satu sama lain.

Dalam diskusi filsafat disebutkan bahwa ontological relativism dan epistemological rationalism memunculkan constructivism paradigm. Ontological realism percaya bahwa ada satu jenis kebenaran, sedangkan epistemological empiricism percaya bahwa kebenaran bisa diukur dan diuji kebenarannya dengan pengalaman dan observasi. Maka dari ontological realism dan epistemological empiricism tersebut muncul positivism paradigm.

Paradigma Pragmatisme

Epistemologi dilihat sebagai inti bagi filsafat Pragmatisme. Epistemologi menjabarkan andaian dasar tentang manusia dan realitas dalam Pragmatisme. Maka pragmatisme dikatakan bermula dari persoalan epistimologi terutama dalam upaya membuat gagasan menjadi lebih jelas dan ilmiah. Maka dalam paradigma penelitian upaya menjelaskan gagasan penelitian adalah melalui uji eksperimen.

Empat teori kebenaran dalam epistemologi, yaitu: kebenaran korespodensi (menekankan kesesuaian antara pernyataan realitas), kebenaran koherensi (menekankan kesesuaian proposisi yang satu dengan yang lain), kebenaran pragmatik (menekankan konsekuenasi gagasan dengan tindakan), dan kebenaran performatif (menghasilan suatu realitas). Posisi teori dalam epistimologi pragmatisme adalah sebagai alat untuk membantu peneliti melakukan prediksi atas fenomena empiris.

Epistimologi telah mengkonstruksikan alur penelitian yang menggambarkan cara berpikir peneliti yang menjunjung tinggi keterbukaan dan kebenaran di atas segala-galanya. Dalam hal ini, ilmu pengetahuan benar-benar ditopang oleh konsep-konsep rasionalisme, empirisme, kritisme, fenomenologi, dan positivisme.

Kesemua hal tersebut dikaji dari penerapan metode-metode ilmiah, dimana fenomena alam yang terjadi didasarkan pada logika serta dikaji secara empiris untuk kemudian diuji sebagai temuan ilmua pengetahuan. 

Metode ilmiah yang dimaknai sebagai penerapan metodologi sebagai bentuk prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, cara teknis, konsep kerja, dan langkah-langkah untuk memperoleh pengetahuan yang baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada.

Maksud Metode ilmiah dalam penerapan metodologis adalah sebagai tahapan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan yang baru atau mengembangkan pengetahuan yang ada.

Semoga bermanfaat.

KL: 14052022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun