Berbicara tentang filsafat era abad pertengahan, tak serta merta terlepas dari filsafat pra-Socrates dan Socrates. Tokohnya antara lain adalah Augustine of Hippo dan Thomas of Aquinas. Era abad pertengahan dimulai sejak abad ke-5 hingga abad ke-17 M. Abad pertengahan ditandai dengan berakhirnya kerajaan Romawi Barat yang berpusat di Roma dan berdirinya kerajaan Rimawi Timur yang berpusat di Konstantinopel.
Filsafat era abad pertengahan didorong oleh kepercayaan dan berfokus pada agama, dimana agama yang sangat dominan saat itu adalah agama Kristen. Maka zaman pertengahan ini juga disebut sebagai masa keemasan bagi agama Kristen. Dengan demikian, abad pertengahan merupakan titik lahirnya filsafat Barat yang sangat didominasi oleh gereja-gereja dan mengagung-agungkan ajaran Aristeles.
Ketiga: Era Modern
Konsep logika berpikir atau berpikir benar menjadi ciri utama filsafat modern. Tokoh yang terkenal di era ini adalah Immanuel Kant. Menurut Hakim (2020) bahwa filsafat modern melihat kebenaran itu datang dari manusia itu sendiri yang diperolehnya dari proses berpikir atas dasar ingin tahu. Pada masa yang sama, menyangkal argumen yang menyatakan bahwa kebenaran itu datang dari kitab suci.
sementara para filsuf modern lebih berfokus pada alam dan nalar pikiran yang sangat mendominasinya. Para filsuf modern menyatakan bahwa ketika berbicara tentang Tuhan, mereka merasa tidak banyak mendapatkan kata sepakat. Namun ketika mereka berbicara tentang alam, ada begitu banyak yang mereka bisa bahas dan sepakati.
Filsafat modern dimulai setelah berakhirnya krisis abad pertengahan dengan ditandai munculnya masa pencerahan (renaissance) pada abad ke-18 hingga abad ke-20. Filsafat era modern mengusung semangat untuk maju dan segala hal yang terkait dengan kepentingan manusia.
Di era modern muncul aliran Rasionalisme yang cenderung melihat sumber kebenaran itu adalah rasio (akal) semata. Demikian juga dalam mencari kebenaran, filsafat era modernisme yang senantiasa mencari dasar pengetahuan yang berpusat pada epistimologi. Hal inilah yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan dan bermunculan teori-teori kebenaran yang berlandaskan pada nalar manusia.
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Demikian juga muncul aliran emprisme bahwa segala sesuatu muncul dari pengalaman manusia berdasarkan fakta. Pelopornya Thomas Hobbes (1588-1679). Selain dua aliran besar tersebut, kemudian muncul aliran kritisme yang mencari titik temu antara rasionalisme dan empirisme.
KL: 23042022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H