Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Tiga Era

23 April 2022   16:19 Diperbarui: 23 April 2022   16:22 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri."

PERUBAHAN senantiasa terjadi di segala aspek kehidupan manusia. Sebagai mahluk Tuhan dan segala sesuatu yang ada di alam ini, akan senantiasa berubah dari zaman ke zaman secara alamiah. Perubahan merupakan sesuatu yang mutlak, karena tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Demikian juga halnya dengan eksistensi filsafat, telah mengalami perubahan dari zaman ke zaman, sejak zaman Yunani Kuno abad ke-6 SM hingga era modern dan post modern abad ke-20 M.

Awal munculnya filsafat didorong oleh unsur-unsur mitos dan kesusasteraan yang berkembang di kalangan masyarakat Yunani. Mitos dinilai dapat menjawab segala pertanyaan tentang alam dan kehidupan manusia, manakala faktor perkembangan kesusasteraan Yunani Kuno seperti puisi Homeros dinilai dapat menjadi pendidikan bagi kehidupan bermasyarakat.

Perbandingan Filsafat Tiga Era

Pertama: Era Yunani Kuno

Pemikiran manusia era Yunani Kuno didomonasi oleh mitologi. Disebutkan bahwa mitos-mitos di kalangan masyarakat Yunani ketika itu dapat memberikan jawaban terhadap berbagai macam pertanyaan yang muncul di benak manusia. Segala sesuatu yang terjadi di alam ini dikaitkan dengan mitos alam. Maka mitologi disebut sebagai faktor perintis yang mendorong lahirnya filsafat Yunani Kuno.

Filsafat Yunani Kuno erat hubungannya dengan Thales (625-547 SM). Filsafat Yunani Kuno dilihat dalam dua aliran, yakni aliran pre-Socrates dan aliran Socrates. Aliran manapun, perkembangan filsafat Yunani Kuno sangat dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat Yunani ketika itu.

Para filsuf pra-Socrates berfokus pada, di antaranya, kosmologi, ontologi, dan matematika. Dengan kata lain, pra-Socrates berfokus pada alam. Manakala aliran Socrates menekankan pada pengalaman manusia, misalnya moral, kehidupan yang baik, serta sosial dan politik.

Dengan demikian perbedaan antara pra-Socraties dan Socrates didasarkan pada faktor ide pemikiran, bukan pada unsur waktu. Sementara aliran Socratic menekankan pada pengalaman manusia, misalnya moral, kehidupan yang baik, serta sosial dan politik.

Kedua: Era Abad Pertengahan 

Berbicara tentang filsafat era abad pertengahan, tak serta merta terlepas dari filsafat pra-Socrates dan Socrates. Tokohnya antara lain adalah Augustine of Hippo dan Thomas of Aquinas. Era abad pertengahan dimulai sejak abad ke-5 hingga abad ke-17 M. Abad pertengahan ditandai dengan berakhirnya kerajaan Romawi Barat yang berpusat di Roma dan berdirinya kerajaan Rimawi Timur yang berpusat di Konstantinopel.

Filsafat era abad pertengahan didorong oleh kepercayaan dan berfokus pada agama, dimana agama yang sangat dominan saat itu adalah agama Kristen. Maka zaman pertengahan ini juga disebut sebagai masa keemasan bagi agama Kristen. Dengan demikian, abad pertengahan merupakan titik lahirnya filsafat Barat yang sangat didominasi oleh gereja-gereja dan mengagung-agungkan ajaran Aristeles.

Ketiga: Era Modern

Konsep logika berpikir atau berpikir benar menjadi ciri utama filsafat modern. Tokoh yang terkenal di era ini adalah Immanuel Kant. Menurut Hakim (2020) bahwa filsafat modern melihat kebenaran itu datang dari manusia itu sendiri yang diperolehnya dari proses berpikir atas dasar ingin tahu. Pada masa yang sama, menyangkal argumen yang menyatakan bahwa kebenaran itu datang dari kitab suci.

sementara para filsuf modern lebih berfokus pada alam dan nalar pikiran yang sangat mendominasinya. Para filsuf modern menyatakan bahwa ketika berbicara tentang Tuhan, mereka merasa tidak banyak mendapatkan kata sepakat. Namun ketika mereka berbicara tentang alam, ada begitu banyak yang mereka bisa bahas dan sepakati.

Filsafat modern dimulai setelah berakhirnya krisis abad pertengahan dengan ditandai munculnya masa pencerahan (renaissance) pada abad ke-18 hingga abad ke-20. Filsafat era modern mengusung semangat untuk maju dan segala hal yang terkait dengan kepentingan manusia.

Di era modern muncul aliran Rasionalisme yang cenderung melihat sumber kebenaran itu adalah rasio (akal) semata. Demikian juga dalam mencari kebenaran, filsafat era modernisme yang senantiasa mencari dasar pengetahuan yang berpusat pada epistimologi. Hal inilah yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan dan bermunculan teori-teori kebenaran yang berlandaskan pada nalar manusia.

Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Demikian juga muncul aliran emprisme bahwa segala sesuatu muncul dari pengalaman manusia berdasarkan fakta. Pelopornya Thomas Hobbes (1588-1679). Selain dua aliran besar tersebut, kemudian muncul aliran kritisme yang mencari titik temu antara rasionalisme dan empirisme.

KL: 23042022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun