Masih adakah peran manusia di era digital?
Kemajuan teknologi industri global yang ditandai dengan berbagai bentuk inovasi salah satunya teknologi nano dalam konsep Indsutri 4.0 merupakan revolusi digital yang pertama kali di Jerman tahun 2011. Sederhananya dapat dipahami sebagai era kemajuan industri canggih yang dapat meningkatkan nilai produktivitas kerja.
Pada waktu yang sama, Industri 4.0 yang mengedepankan teknologi robotik memiliki dampak yang sangat besar terhadap peluang kerja bagi manusia.
Bisa dikatakan banyak lapangan kerja yang tidak lagi bisa diisi oleh manusia dan digantikan dengan tenaga robot karena tenaga robot dinilai lebih efektif dan efisien serta memiliki nilai produktivitas yang tinggi.
Dari sisi peluang perusahaan untuk bersaing sehat di era digital, semua perusahaan memiliki peluang yang sama untuk bersaiang, baik itu perusahan kecil, sedang, dan besar.
Demikian juga dengan perusahaan yang baru berdisi, sederhana, dan lama. Intinya perusahaan yang mampu memanfaat kesempatan dan situasi akan bisa bersaing dan berkembang dengan baik.
Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, Indonesia melakukan percepatan visi nasional yang menargetkan masuk sebagai 10 negara ekonomi unggul dunia.
Dalam hal ini Indonesia berusaha mengadopsi konsep digitalisasi ini secara tepat guna yang ditandai dengan pembangunan manufaktur berdaya saing global seperti peluncuran Making Indonesia 4.0. Â
Sebelum masuk dalam permasalahan bagaimana bentuk peran strategis SDM di era digital industri 4.0, terlebih dahulu saya utarakan kriteria SDM yang seharusnya dididik dan dilahirkan di era industri digital tersebut, serta langkah solusi yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk menunjang tercapainya penguasaan sistem era digital.
Secanggih apapun dunia era digital tetap saja tenaga manusia dibutuhkan untuk mengendalikan mesin canggih dimaksud.