Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguak Sisi Pentingnya Omongan Tetangga

1 Mei 2021   16:38 Diperbarui: 1 Mei 2021   22:18 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era desrupsi yang ditandai perkembangan teknologi komunikasi, memperlebar cakupan wilayah dan merubah pola bergosip dari omongan tetangga menjadi gosip antar bangsa.

Kehidupan tradisional dan modern, di desa atau di kota, memiliki tatanan sosial yang berbeda jauh. Masing-masing memiliki pola interaksi yang sarat dengan kearifan lokal. Namun satu hal yang selalu ada, yakni omongan tetangga. Dari situ kita bisa melihat bahwa dinamika hidup bermasyarakat berjalan dengan baik. 

Omongan tetangga memiliki arti yang luas. Bisa tetangga kamar, tetangga rumah, tetangga desa, bahkan tetangga negara. Kita tidak perlu alergi dengan terminologi omongan tetangga, karena cenderung benar adanya. Masalahnya menjadi sesuatu yang perlu diantisipasi, karena isu yang diomongkan sering dibesar-besarkan. Bumbunya lebih banyak ketimbang isi. Bahasa agamanya ghibah, manakala masyarakat milenial mengistilahkan gosip.

Gosip terkesan omong kosong belaka, padahal sering dasarnya benar. Karena kental unsur hasad dengki dan cenderung dilebih-lebihkan, maka atas sebab itulah gosip dari dulu hingga sekarang tetap dinilai jelek dan orang yang suka bergosip juga dinyinyirin warga. 

Dapat kita amati dari film "TILIK", pasti semua kita menaruh kesan miring terhadap bu Tejo. Padahal yang diomongkan bu Tejo itu benar. Apalagi ibu itu sangat "solutip" mengajak emak-emak yang lain berbelanja ke pasar ketika pada kebingungan saat mengetahui bu Lurah belum bisa dibesuk.

***

Pandangan psokologi yang menyatakan bahwa bergosip itu termasuk insting yang sangat mendasar pada diri manusia dalam merespon isu-isu yang berkembang di sekitarnya. Hal ini terlepas dari baik dan buruk atau benar salah. Malah gosip merupakan cara masyarakat menyampaikan berita sejak ratusan tahun silam dan berlaku secara turun temurun hingga ke zaman modern ini.

Era globalisasi dan disrupsi yang ditandai perkembangan teknologi, terutama teknologi komunikasi, sangat mendukung penyebaran informasi dari berbagai belahan dunia. Tak heran, kalau isu gosip sekarang ini sudah antar negara, dan manakala yang bergosip juga dari berbagai negara. Jadi, fenomena ini bisa kita istilahkan gosip antar bangsa.

Manakala dalam ilmu soiologi, gosip menempati posisi yang bagus, yakni sebagai salah satu cara pengendalian sosial yang terbukti berfungsi efektif meredam tindakan deviant di kalangan anggota masyarakat. Artinya gosip bisa sedikit demi sedikit mengarahkan pelaku menyimpang berperilaku konformis. 

Kita bisa merasakan sendiri ketika teman dekat kita digosipkan oleh anggota masyarakat lain, dia akan sedikit mengerem tindakannya yang tidak sesuai dengan nilai dan norma masyarakat, apalagi kita sudah menyampaikan bahwa banyak orang yang menggosipnya, pasti perilaku menyimpang yang digosipkan akan mulai dihentikan. Nah, di sinilah letak fungsi gosip dalam interaksi sosial.

Mengapa gosip itu menjadi saluran pengendalian sosial? Karena masyarakat kita masih segan dan berusaha menjaga perasaan orang tersebut. Bayangkan kalau terus bicara blak-blakan di tengah umum, kemana akan kita letakkan air muka kita? maka gosip perlu ada di dalam keseharian kita. Hanya saja jangan terlalu lebay alias mengada-ada.

***

Dengan paparan ilustrasi di atas, bukan bermaksud saya mau bilang ayo bergosip ria, karena perlu juga diingat bahwa gosip yang sering beredar di tengah masyarakat, banyak bohongnya karena dilandasi hasad dengki. 

Kalau bisa menjamin untuk tujuan kebaikan dan dasarnya benar, mengapa tidak? Bergosip sah-sah saja. Sebaliknya kalau menyebar kebohongan demi menjatuhkan harkat dan martabat orang lain, maka perlu dihindari, agar kita bisa menciptakan kondusifitas dalam beragama, bermasyarakat dan bernegara.[]

Jangan sampai ada Hari Gosip Nasional.

KL: 02052021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun