Demikian juga Eduard Douwes Dekker, lelaki berdarah Belanda dengan nama pena Multatuli yang pernah mengguncang dunia lewat novelnya Max Havelaar (1860). Adapun fakta-fakta yang dipaparkan berpihak kepada Indonesia atau tidak, yang pasti kita dapat melihat bagaimana drama orientalime dan oksidentalisme berperan saat itu.
***
Apa yang ingin saya sampaikan bahwa dalam konteks oksidentalisme tidak perlu harus mengecilkan diri sebagai orang timur dan memandang barat lebih segala-galanya. Tidak juga menolak  segala yang berbau barat, karena oksidentalisme dapat diartikan sederhana tentang cara pandang ke barat sebagai objek. Jadi orientalisme objeknya adalah timur, tetapi oksidentalisme objeknya adalah barat.
Yang perlu ditumbuhkan dalam minda masyarakat adalah bagaimana bisa  mengakui dan menghargai barat serta belajar dari keberhasilan mereka menciptakan peradaban yang maju.[]
Sekadar berbagi.
KL: 07082020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H