Kedua: Adanya upaya melindungi pihak tertentu dari ancaman bahaya, sehingga informasi yang disampaikan sebatas yang aman-aman saja.
Ketiga: Sengaja ingin memanipulasi data untuk kepentingan tertentu dengan maksud curang.
Pola berpikir yang keliru dalam menyampaikan fakta-fakta kepada pihak lain dengan menutup-nutupi bagian tertentu,sehingga informasi yang tersalurkan tidak sempurna bahkan fatal.
Akibat dari kesalahan logika pada komunikator, pasti akan menyebabkan kesalahan logika pada komunikan yang akhirnya berbuntut pada kesalahan interpretasi dan juga aksi. Maka dalam situasi ini, sering kita dengar publik bingung dengan situasi yang ada. Hal ini sudah merupakan tanda-tanda terjadinya logical fallacy di tengah-tengah masyarakat.
Lalu bagaimana logika berpikir yang benar pada komunikasi dan interaksi sosial? Penyampaian data yang informatif menggunakan bahasa ilmiah yang objektif dengan berdasarkan fakta-fakta yang sesuai, sehingga pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melahirkan pemahaman dan efek yang positif.
Kesalahan atau sesat berpikir merupakan pola menentukan persepsi yang keliru terhadap sesuatu dengan cara menutup beberapa bagian informasi pendukung.
Hal ini merupakan tindakan yang fatal dan bisa menyebabkan kesalahan dalam menentukan sikap dan mengambil tindakan setelah menerima informasi.
Karena faktor bisa terjadinya logical fallacy di atas hanya tertulis tiga, maka hanya disertakan tiga juga bentuk pertimbangan yang harus dilakukan supaya kita tidak terjebak dalam logical fallacy:
Pertama: Banyak membaca referensi-referensi terkait masalah dalam berita atau laporan yang disuguhkan oleh pihak tertentu.
Kedua: Membiasakan diri menganalisa terlebih dahulu berita dan laporan yang kita terima.
Ketiga: Melakukan pengecekan kembali (double cross-check) berita yang kita terima kepada pihak terkait atau pihak berwenang.