Premis 1. Apabila membuka pintu dengan kunci yang benar, maka pintunya akan terbuka.Â
Premis 1. Pulan membuka pintu dengan kunci yang salah.Â
Kesimpulannya: Pintu tidak bisa terbuka.Â
Lalu kadang ada perdebatan, kecenderungan bahwa yakin kuncinya sudah benar, tapi pintu tak kunjung terbuka. Sebenarnya itu bukan tebtang kunci, tapi tentang kita yang merasa sudah benar, tetapi nyatanya pintu tetap tidak bisa dibuka.Â
***
Mengamati komukasi dan interaksi sosial yang beragam, sangat sering kita temukan yang aneh dan tak masuk akal, bahkan menyesatkan. Masalahnya karena informasi yang kita terima tak sesuai dengan fakta yang sebenar sehingga sulit untuk dicernanya dengan baik.
Logical Fallacy bisa diartikan kesalahan menalar atau bisa juga sesat berpikir. Hal ini merupakan hukum sebab akibat dari adanya kesalahan komunikator dalam menyampaikan data-data komunikasi kepada publik sebagai komunikan, baik atas maksud sengaja menutup-nutupinya atau memang masih belum lengkap. Hal ini akan cenderung terkesan tidak jujur, maka publik menjadi salah dalam membuat persepsi.
Kesalahan logika sering terjadi dalam dunia pemerintahan atau di tempat kerja. Pihak berwenang kadang menutup-nutup fakta tertentu untuk tujuan menjaga dan menyelamatkan negara atau instansi tertentu. Contohnya kita tahu bahwa kondisi ekonomi sebuah negara sedang morat marit, tetapi pemerintah tetap menyampaikan data kepada masyarakat yang seolah-olah aman dan baik-baik saja.
Bagaimana dengan keadaan logical fallacy untuk tataran keluarga atau individu? Sebenarnya logical fallacy berlaku dalam semua tataran masyarakat. Apabila ada komunikasi yang salah dan membuat orang lain keliru dan sesat dalam berpersepsi, maka itu termasuk logical fallacy.
Faktor terjadinya logical fallacy sebenarnya banyak. Di sini saya akan mencoba menulis tiga saja:
Pertama:Â Adanya upaya untuk menjaga kepentingan negara atau instansi tertentu sehingga satu-satu cara harus menutup sebagaian data dan membuka sebagian yang lain kepada pihak tertentu atau kepada publik.