Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Yang Terpenting Saat Menyambut Lebaran

3 Juni 2019   05:38 Diperbarui: 3 Juni 2019   07:02 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perayaan hari raya Idul Fitri dikenal dengan istilah "lebaran." Sebuah terminologi perayaan kemenangan umat Islam yang diperingati pada tanggal 1 Syawal setelah sebulan penuh berpuasa. Ibadah menahan lapar dan dahaga serta segala hal yang dapat membatalkan puasa. Selain itu, umat Islam juga mengenal lebaran haji yakni Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10-13 Dzulhijjah yang ditandai dengan penyembelihan hewan kurban.

Tanggal 1 Syawal setiap tahun Hijriyah disambut sangat spesial oleh seluruh umat Islam yang digambarkan dengan kesyukuran, kemeriahan dan kegembiraan. Umat Islam dimana-mana bersalam-salaman sebagai simbol saling maaf atas segala salah yang dilakukan sebelumnya.

Hari kemenangan dari perjuangan ibadah puasa selama sebulan penuh itu juga dikenal dengan "fitri" dimana umat Islam berada dalam situasi suci kembali dari segala dosa bak bayi yang baru lahir. Oleh karena itulah umat Islam menyambut lebaran Idul Fitri dengan penuh syukur dan gembira.

Supaya terasa lengkap dan sempurna rasa syukur dan bahagia saat berlebaran, umat Islam perlu mempersiapkan beberapa hal sebelum tiba hari kemenangan itu sebagai berikut:

Pertama, membuka pintu maaf kepada siapa saja yang memohon maaf. Termasuk memaafkan mereka yang enggan meminta maaf. Memaafkan orang lain tidak perlu ada syarat supaya kita benar-benar bersih dari energi negatif yang selalu menghantui diri kita. 

Kedua, Membersihkan rumah sebagai tanda kesiapan kita menerima sanak saudara dan sahabat kita secara jasmani dan rohani.

Ketiga, meakai baju yang bersih. Dalam hal ini, tidak harus baju baru. Apabila mampu dan memiliki kelebihan rezeki boleh membeli baju baru, kalau tidak jangan sampai jadi masalah karena bukan sesuatu yang harus. Orang tua perlu memberikan penjelasan yang baik kepada anak-anak supaya tidak terbiasa dengan baju lebaran. Hal ini sangat penting untuk mengimbangi anak tetangga atau saudara yang kurang mampu secara finansial dan tidak bisa menyediakan baju baru untuk lebaran.

Keempat, menyediakan makanan semampunya untuk dihidangkan kepada tamu yang datang berlebaran. Jauhi sikap pamer makanan demi menjaga gengsi dan status sosial. kalau bisa sediakanlah kue kampung untuk menyegarkan kembali memori masa lalu saat hidup di desa. 

Kelima, tidak melupakan anak yatim piatu dan golongan dhuafa lainnya. Senantiasa berbagi dengan orang lain yang kurang mampu, khususnya melalui zakat fitrah, zakat maal, infak dan sedekah.

Jadi sangat penting sekali memaknai lebaran dalam konteks kemampuan seseorang untuk senantiasa bersyukur dan bergembira dalam segala situasi yang serta mengutamakan kesederhanaan.

***

Terdapat beberapa hal yang harus diantisipasi saat menyambut lebaran adalah sebagai berikut:

Pertama, tidak memamerkan kemampuan diri kepada orang lain seperti kendaraan, pakaian, kue lebaran, dan juga makanan. Namun demikian, usahakan dengan penuh nilai kesederhanaan serta senantiasa berusaha yang terbaik disediakan kepada siapa saja yang datang berlebaran ke rumah kita.

Kedua, tidak memaksa diri mengambil kreditan kendaraan atau barang-barang mewah lainnya demi menyambut lebaran. Ukur keinginan dengan pendapatan bulanan, supaya tidak timbul masalah setelah lebaran.

Ketiga, hindari memakai perhiasan yang mencolok mata yang menadang. Setiap perempuan berhak tampil cantik dan anggun, hanya saja sebaiknya dalam konteks sederhana.

Keempat, lupakan sejenak sengketa dan perselisihan Pemilu dengan saudara dan sahabat. Jangan sampai hanya gegara beda pilihan dan gerbong politik silaturrahmi tidak dapat terajut kuat selama lebaran. Silaturrahmi tidak mengenal perbedaan partai politik, bahkan keyakinan agama sekalipun.

Kelima, antisipasi molor kembali ke tempat kerja karena keenakan lebaran di kampung halaman. Hal ini akan jadi masalah karena bisa mendapat surat peringatan, diturunkan jabatan, atau bahkan kalau sangat fatal bisa saja dipecat.

***

Berlebaran yang baik ketika umat Islam mampu memaknai kesyukuran dan kegembiraan dalam berbagai situasi. Tak semestinya kegembiraan itu tampak wah dan mewah dengan kendaraan baru, memakai pakaian baru yang mahal. 

Penampilan yang sederhana dan menjaga perasaan orang lain yang kurang mampu adalah hal terpenting dalam mengekspresikan lebaran supaya kesyukuran dan kegembiraan dapat dirasakan bersama-sama secara totalitas.[]

Sekadar berbagi di hari yang mulia.

KL: 02062019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun