Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sisi Tidak Nyaman Saat Lebaran

25 Mei 2019   16:45 Diperbarui: 25 Mei 2019   21:53 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kalangan kaum Adam, kehamilan sang istri itu sangat penting karena bila tak kunjung hamil, bisa-bisa dikatakan tidak bisa menjalankan kewajiban di ranjang. Sebaliknya bagi kaum Hawa juga demikian, kehamilan sangat berarti sebagai bukti kemampuan menjalankan amanat meneruskan keturunan. 

Kapan Punya Momongan?

Suasana meriah berlebaran juga sering diganggu oleh anggota keluarga yang bertanya "kapan akan punya momongan?"

Pola interaksi bermasyarakat baik di desa maupun di kota begitu sangat dinamis bahkan interaksi masyarakat ini cenderung negatif dengan  banyaknya dari mereka yang sok tahu, merasa paling pintar dan ujungnya cenderung bergosip. Tentu pertanyaan di atas selalu diterima oleh pasangan suami istri yang belum dianugerahi cahaya mata.

Salah tujuan perkawinan adalah untuk menyambung keturunan. Terkadang publik hanya tahu bahwa seseorang itu harus punya pasangan hidup dan manakala sudah menikah mereka harus memiliki keturunan. Di luar hal yang menurut publik itu adalah hal yang ideal dalam perkawinan, publik sering melihat bahwa belumnya memiliki momongan adalah  sesuatu yang tidak wajar.  Jadilah ini menjadi bahan gunjingan, gosip, bully, candaan, dan lain sebagainya. 

Menyikapi karakter masyarakat sedemikian rupa, mereka yang jomblo dan pasangan suami istri yang belum punya cahaya mata tentu akan sedih karena pasti menjadi objek candaan di hari lebaran saat bertemu keluarga atau sahabat handai. Akibatnya, tak sedikit mereka yang jomblo malas mudik lama-lama di rumah orang tua karena tidak suka ditanya perihal calon pendamping apalagi kalau dijodoh-jodohkan dengan sepupu atau anak teman orang tua mereka.

Masyarakat yang bijak adalah masyarakat yang melihat fakta sosial secara objektif dan tentunya tidak mendiskreditkan seseorang yang belum memiliki pasangan hidup dan mereka yang belum mendapat cahaya mata. Mempermasalahkan hal ini secara berlebihan sama dengan kita mempersoalkan Tuhan.[] 

Sekadar berbagi di bulan Ramadan.

KL: 25052019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun