Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

8'97

18 Maret 2019   18:04 Diperbarui: 20 Maret 2019   07:09 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angka ini mulai tersusun 22 tahun silam. Sederhana namun penuh makna. Angka yang mengundang rasa penasaran siapa saja yang melihatnya. Itulah 8'97, keluarga kecil yang lahir di tanah Rebban.

Alamat surat elektonik saya yang aktif hingga sekarang, menggunakan kode angka 8'97. Tak heran setiap kali ada yang minta alamat e-mail, selalu iseng bertanya, "apa sih maksud angka 8'97 itu?"

Tak banyak yang tahu apakah gerangan maksudnya, karena setiap yang bertanya, hanya saya respon dengan senyuman atau jawaban ringkas "itu rahasia perusahaan," ujar saya sedikit bercanda.

Dalam coretan ini, saya juga tidak akan membuka kepada publik apa sih gerangan maksud susunan angka tersebut. Tidak eksklusif dan juga tidaklah spesial bagi orang lain, namun bagi saya dan juga teman-teman saya, 8'97 pasti sangat spesial. Maka dari itu, banyak hal yang saya beri kode 8'97 dengan maksud agar saya bisa senantiasa ingat mereka-mereka yang ada dalam keluarga 8'97.

Ada 11 orang yang tahu persis maksud penyusunan angka 8'97. Mereka adalah: Ja'far, Safar, Nurma, Erma, Ririn, Helmy, Kabah, Lailah, Bayani, Rose, dan saya sendiri. Kami sekelompok putra-putri Sumbawa yang berjiwa besar dan ingin berbuat untuk melakukan perubahan dimana pun kami berada.

Sebenarnya,  cikal bakal 8'97 itu cukup banyak, foto di atas menjadi buktinya. Namun pertemuan kami tidak berjodoh panjang, ada yang gugur dari almamater dan yang lebih menyedihkan ada yang meninggal dunia. 

Pokoknya, dalam 8'97 kami belajar bersama, senang dan sedih kami alami bersama. Dalam perjalanan waktu kebersamaan itu, tepatnya di akhir pendidikan,  Allah pernah menghadapkan kami dengan tahun kesedihan, ibu salah satu dari teman kami--Nurlailah-- dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga Allah menempatkannya bersama hamba-hamba-Nya yang beriman di syurga.

***

Sekitar dua dasawarsa yang silam, kami tidak lagi bersama, berpencar untuk mencari jati diri di tempat masing-masing. Sejak itu, banyak dari kami yang tidak pernah bersua antara satu sama lain. Alasannya karena sudah sibuk dengan keluarga dan aktivitas profesi masing-masing. 

Saya meninggalkan tempat, merantau ke negeri orang untuk melanjutkan pendidikan. Belum lama di perantauan, saya mendapat kabar duka, ibu dari teman kami--Ririn--meninggal dunia. Di surau sebuah asrama mahasiswa, saya langsung menunaikan shalat ghaib dan berdo'a semoga almarhumah ditempat bersama orang-orang beriman di syurga-Nya.

Kesedihan-kesedihan tersebut saya abadikan dalam sebuah tulisan tangan yang hingga sekarang masih tersimpan di sebuah tempat yang hanya saya bisa menggapainya. Artikel 8'97 yang saya posting ini, hanya sebagian kecil dari serangkaian cerita yang selama ini memotivasi saya untuk berbuat yang lebih besar dalam hidup ini.

Seperti yang saya sebutkan di atas bahwa tentu banyak kegembiraan yang kami alami, baik itu secara bersama maupun sendiri-sendiri. Yang pasti kabar kesuksesan teman-teman kami mencapai sarjana di dunia pendidikan, teman kami yang melangsungkan perkawinan, dan melihat teman-teman kami mulai berkarir di dunia kerja, menjadi sesautu yang kami semua menepuk dada.

Alhamdulillah kami semua dianugerahkan jalan rezeki yang kami tekuni masing-masing. Semua itulah yang kami syukuri sebagai amanat yang harus dijaga dan dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat kelak saat menghadap sang pencipta.

***

Pekan lalu, Bayani kembali menyegarkan kembali hubungan kami yang selama ini tidak bertaut seperti dulu. Bayani merajut kembali silaturrahmi dengan membuat WhatsApp Group (WAG). Nama grupnya juga ada 8'97-nya. Saban hari, siang dan malam chat grup selalu ramai, canda salah seorang teman, "maklum grup baru, nanti juga sepi."

Informasi grup 8'97 itu disampaikan secara pribadi oleh Jeff dan Kabah. Mendapat informasi tersebut, langsung saja saya aktif nimbrung berdiskusi seputar kegiatan masing-masing sehingga grup tersebut sangat interaktif.

Dalam konteks dinamika kelompok dan perilaku sosial, pola interaksi manusia antar sesamanya memang ada kalanya intens dan sering juga lesu. Namun dengan grup ini, saya yakin akan senantiasa kaya dengan materi diskusi, baik itu hal ringan maupun yang berat.

Apapun itu, saya senang dengan intensnya komunikasi dan silaturrahmi antar anggota dalam kelompok kecil ini. Minimal kami semua bisa saling sapa, menjaga silaturrahmi untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.[]

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Sekadar berbagi.

KL: 28032019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun