Pertama, kurang menguasai bahasa Inggris. Dalam sektor pembantu rumah tangga, selain skill kerja, juga diperlukan skill berbahasa. dalam hal ini, kita kalah jauh dengan pekerja dari Filipina dan Kamboja dan Myanmar.
Kedua, tahap pendidikan yang rendah. Pekerja dari Filipina, Kamboja dan Myanmar cenderung berpendidikan tinggi sehingga skill mereka lebih bagus dalam sektor manufaktur dan pembantu rumah tangga.
Ketiga, masih banyak yang sering membawa kebiasaan hidup di kampung, sehingga terkesan norak. Adanya pola shock culture saat mereka melakukan penyesuaian dengan lngkungan baru. Â Masyarakat setempat sering juga dibuat risih dengan tingkah laku dan penampilan yang tidak sesuai dengan tradisi keseharian orang-orang Melayu.
Demikian plus-minus keberadaan TKI di Malaysia. Saya yakin kedepan akan semakin baik lagi. Tugas kita semua menambah lapangan pekerjaan di dalam negeri dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik dan memiliki skill tinggi.
Sekadar berbagi untuk Indonesia yang lebih baik.
KL: 21032019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H