Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ternyata Ini Alasan TKI Diutamakan di Malaysia

21 Maret 2019   07:07 Diperbarui: 21 Maret 2019   07:25 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam artikel sebelumnya, saya menulis "Malaysia di Mata Buruh Migran" yang menggambarkan secara langsung tau tidak, Malaysia telah menjadi destinasi merantau yang favorit bagi tenaga kerja Indonesia (TKI). 

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan persepsi pemerintah dan masyarakat Malaysia terhadap pekerja migran asing, khususnya migran Indonesia yang oleh sebagian masyarakat menyebutnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Pekerja Migran Indonesia (PMI), dan Buruh Migran Indonesia (BMI).

Kelebihan TKI di Mata Malaysia

Selama berada di Malaysia, pemerintah, pengusaha, dan masyarakat umum mengakui akan kehebatan tanaga kerja dari Indonesia. Hal ini berlaku di semua sektor pekerjaan. Mereka lebih mengutamakan orang Indonesia untuk bekerja di perusahaan-perusahaan yang ada di Malaysia. Alasanya beragam, antara sbb:

Pertama, lebih rajin dan tekun serta tidak banyak tingkah. 

Kedua, kesamaan bahasa dan latar belakang budaya menjadi nilai tambah karena cepat proses penyesuaiannya dengan masyarakat setempat.

Ketiga, bersedia bekerja secara legal atau ilegal.

Satu dasarwasa yang silam, dari sebuah kantor redaksi sebuah media massa di Jakarta, saya menelpon seorang menteri Malaysia yang menangani bidang tenaga kerja asing. Dalam perbincangan jarang jauh it, sang menteri menyampaikan bahwa perekrutan tenaga kerja dari berbagai negara, untuk mengisi sektor-sektor tertentu yang dirasakan perlu dari negara lain. Namun demikian, TKI tetap diutamakan di Malaysia. 

Kekurangan TKI di Mata Malaysia

Fakta yang harus diakui bahwa walaupun TKI cukup diutamakan oleh masyarakat setempat, namun dalam beberapa tahun terakhir ini, Malaysia cenderung sering merekrut tenaga kerja dari Bangladesh dan Nepal. Saya tidak ingin menyebut kekurangan pekerja migran dari negara lain.

Di sini saya ingin menyebut tiga hal yang menjadi kekurangan TKI sebagai bahan evaluasi kita bersama sbb:

Pertama, kurang menguasai bahasa Inggris. Dalam sektor pembantu rumah tangga, selain skill kerja, juga diperlukan skill berbahasa. dalam hal ini, kita kalah jauh dengan pekerja dari Filipina dan Kamboja dan Myanmar.

Kedua, tahap pendidikan yang rendah. Pekerja dari Filipina, Kamboja dan Myanmar cenderung berpendidikan tinggi sehingga skill mereka lebih bagus dalam sektor manufaktur dan pembantu rumah tangga.

Ketiga, masih banyak yang sering membawa kebiasaan hidup di kampung, sehingga terkesan norak. Adanya pola shock culture saat mereka melakukan penyesuaian dengan lngkungan baru.  Masyarakat setempat sering juga dibuat risih dengan tingkah laku dan penampilan yang tidak sesuai dengan tradisi keseharian orang-orang Melayu.

Demikian plus-minus keberadaan TKI di Malaysia. Saya yakin kedepan akan semakin baik lagi. Tugas kita semua menambah lapangan pekerjaan di dalam negeri dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik dan memiliki skill tinggi.

Sekadar berbagi untuk Indonesia yang lebih baik.

KL: 21032019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun