Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Angka Fantastis 2.7 Juta Pekerja Migran Indonesia di Malaysia

28 Februari 2019   10:33 Diperbarui: 28 Februari 2019   10:41 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Indonesia dan Malaysia telah bermigrasi sejak ratusan tahun silam. Maka dari itu, banyak sekali masyarakat Indonesia di Malaysia dan demikian juga sebaliknya. Akulturasi dan asimilasi budaya pun berlangsung dengan begitu dinamis.

Salah satu bukti sejarah yang pundamental di Malaysia adalah terdapatnya makan pahlawan kemerdekaan Indonesia Tuanku Tambusai yang wafat pada tahun 1882) di Negeri Sembilan, Malaysia. 

Bukti sejarah lainnya adalah raja pertama dan kedua di Semenanjung Malaysia berpusat di Negeri Sembilan. Kedua raja tersebut diutus langsung dari istana Pagaruyung, Minangkabau yaitu Raja Melewar (1773-1795) dan Tuanku Raja Hitam (1798-1808).

(Dok. Ujang Kutik)
(Dok. Ujang Kutik)
Sejak tahun 1970, ekonomi Malaysia mulai stabil, situasi keamanannya semakin baik setelah Inggris hengkang dari bumi Melayu dan berakhirnya konfrontasi Indonesia-Malayisia di tanah Malaya. Sejak itulah terjadinya eksodus tenaga kerja Indonesia ke Malaysia, dan hingga kini Malaysia tetap menjadi primadona bagi para pekerja migran Indonesia.

Bukan tidak ada alasan mengapa banyaknya masyarakat Indonesia di Malaysia. Beberapa hal yang bisa disertakan di sini adalah sbb:

Pertama; kedekatan geografis sehingga antara kedua pihak mudah sekali melakukan mobilitas sosial baik legal maupun ilegal.

Kedua; latar belakang sejarah dan kesamaan budaya dan adat istiadat yang membuat nyaman masyarakatnya berbaur.

Ketiga; terjadinya perkawinan campur (amalgasi), sehingga antara anggota masyarakatnya memiliki hubungan emosional yang sangat dekat. 

Keempat; tingginya nilai mata uang Malaysia berbanding Indonesia. faktor ini merupakan daya tarik yang pantastis karena tujuan utama merantau adalah untuk memperbaiki ekonomi keluarga di kampung halaman.

Kelima; kurangnya lapangan kerja di dalam negeri akibat tingginya jumlah penduduk dan banyaknya golongan pencari kerja. Mereka yang tidak memiliki kualifikasi dan keahlian kerja, akan memilih untuk merantau ke daerah lain dan juga ke luar negeri.

(Dok. RRI)
(Dok. RRI)
Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia RI dan juga Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur merilis jumlah warga negara Indonesia di Malaysia sekitar 2.7 juta orang. Jumlah tersebut setara dengan satu provinsi di Indonesia bahkan banyak provinsi yang penduduknya kurang dari dua juta orang.

Selama ini, banyak sekali warga negara Malaysia keturunan Indonesia yang menjadi pejabat tinggi di Malaysia. Bahkan mantan perdana menteri (PM) Tun Razak dan juga PM Mohammad Najib Razak berasal daro Goa, Sulawesi Selatan. Demikian juga mantan deputi PM Muhammad Zahid Hamidi dan mantan gubernur Selangor Muhammad Khirtoyo, keduanya berdarah Jawa.

Para raja-raja Melayu kebanyakan berketurunan Indonesia, terutama dari Bugis dan Minangkabau. Mereka berkuasa hingga sekarang dan masing-masing mengekalkan adat serta tradisi asal-usul mereka.

Maysia dan Indonesia merupakan negara tetangga yang kedekatan hubungannya sering disebut sebagai "abang-adik." Budaya Indonesia berkembang di Malaysia, dan sebaiknya budaya Malaysia juga berkembang di Indonesia.

(Dok. Merdeka.com)
(Dok. Merdeka.com)
Masyarakat Malaysia tetap menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan berwisata dan juga berbisnis, demikian juga dengan masyarakat Indonesia yang menjadikan Malaysia sebagai negara tujuan untuk bekerja.[*]

Sekadar berbagi.

KL: 28022019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun