Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diskusi Kecil Kriteria Pasangan Idaman

25 Februari 2019   17:16 Diperbarui: 25 Februari 2019   18:23 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Setiap orang, keluarga, dan kelompok masyarakat, memiliki kriteria tersendiri tentang baik dan tidaknya pasangan hidup. Agama dan adat istiadat harus menjadi barometer dalam menentukan pasangan idaman."

***

Dalam bermasyarakat, ada kriteria untuk menentukan pasangan hidup, mengacu kepada adat istiadat, nilai dan norma yang berlaku saat itu. Kriteria baik untuk pasangan hidup zaman dulu tentu berbeda dengan kriteria yang diidamkan pada zaman sekarang.

Standar baik yang universal untuk konteks pasangan hidup, telah digariskan oleh agama sebagai pedoman yang mendasar dan bersifat mutlak. Maka dari itu, sering kita dengar kata-kata "kuharap kamu menjadi imamku yang akan membimbingku sampai ke syurga" dan juga kata-kata "kuharap kamu menjadi makmumku yang bisa menciptakan suasana syurgawi dalam rumah tangga."

Standar baik-tidaknya seorang pasangan, kitalah yang tentukan. Yang paling penting, memulai dari diri kita terlebih dahulu untuk berusaha menjadi baik dan sesuai kriteria umum sebagaimana ketentuan agama, adat istiadat, nilai dan norma, karena semua itu akan saling menopang kebaikan pasangan.

Kesemua itu, akan memainkan peran strategis dalam menciptakan keluarga berkualitas yang mampu melahirkan dan mendidik generasi cerdas serta berakhlak mulia.

Nilai baik di mata kita belum tentu baik dalam pandangan orang lain, sebaliknya baik dalam persepsi orang lain, belum tentu sesuai dengan kriteria kita. Namun konteks baik di mata agama sudah pasti baik bagi semua ummatnya.

Jadi pasangan yang baik jelas yang membangun rumah tangga, terutama melahirkan dan mendidik generasi penerusnya untuk beribadah dan berjuang demi agama, bangsa dan keluarganya.

***

Mengutip tulisan BJ. Habibie: "tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan seseorang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapapun."

Pasangan yang baik adalah pasangan yang mampu mendukung, bahkan saling mengisi dan melengkapi terutama mengembangkan dan menguatkan profesi pasangan.

Seorang suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga, tidak hanya memenuhi kewajiban kepada isteri, anak, dan keluarga dekatnya, tetapi harus berbuat berdasarkan prinsip tanggung jawab. Hal tersebut juga sebaiknya dipegang kuat oleh isteri dan juga anak-anak sehingga semua yang terjadi mewarnai keluarga senantiasa bernuansa ibadah.

Suami yang baik dan bertanggung jawab adalah lelaki yang bisa menjamin dan memberi rasa aman bagi pasangan dan keturunannya. Manakala seorang istri yang baik adalah perempuan yang mampu menciptakan suasana nyaman dan damai dalam rumah tangganya.

Untuk itu, kesamaan visi hidup pasangan akan menentukan kelanggengan mengarungi bahtera berumah tangga. Apabila hal tersebut tidak seirama, maka akan menjadi potensi konflik yang besar dan berujung fatal.

Ketenteraman dalam rumah tangga bukan hanya menjadi tugas suami atau kewajiban isteri secara sepihak saja, tetapi semua unsur dalam keluarga harus ikut berperan aktif untuk mewujudkannya. Jadi kurang tepatlah jika seorang laki-laki atau perempuan berharap bisa mendapat kebahagiaan dari pasangannya jika salah satu pihak tidak ikut andil dalam membangunnya.

Jadi kurang tepat seorang laki-laki atau perempuan yang berharap bisa mendapat kebahagiaan dari pasangannya. Maka jangan ada lagi kata-kata "semoga dia bisa memberikan kebahagiaan kepadaku."

Kita sendirilah yang terlebih dahulu harus memiliki kriteria "baik" untuk selanjutnya baru kemudian bisa menuntut pasangan kita memiliki kriteria tersebut. Demikian juga kitalah yang harus menciptakan kebahagiaan hidup, supaya pasangan bisa dengan mudah melengkapi kebahagiaan dan kesempurnaan hidup dalam berkeluarga.*

Surakarta, 20112018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun