Ibu Mawar (52 tahun) dengan cekatan mengulak bumbu pecel di atas cobek batu berukuran sedang. Ibu yang mengaku berasal dari Bangkalan, Madura itu, dengan santai mengerjakan rutinitasnya itu sambil duduk di atas bangku papan yang sengaja dibuat dari triplek bekas.
Sepintas tak ada yang spesial di warung yang berukuran 3 x 5 meter itu. Penampilan dan suasana warungnya layaknya warung-warung makanan lainnya. Tetapi siapa sangka, di sekitar itu berderet mobil dan motor yang menunggu gilaran pecel pesanan mereka.
Di google map, warung itu tertulis "Gado-Gado Enak" dengan alamat: No. 22222, Jln. Segambut, Segambut, Kuala Lumpur, Wilayah Persekutuan, Malaysia.
Penasaran dengan pecel enak hasil kreasi tangan seorang perempuan yang sudah merantau lama di Malaysia, saya bergegas melaju ke lokasi mengikuti arah google map. Akhirnya saya sampai di warung Bu Mawar dan langsung memesan satu bungkus pecel.
Saat saya sampai warung tersebut, ada sekitar enam orang yang menunggu dengan jumlah total orderan 15 bungkus. Ibu Mawar bilang, kalau sabar menunggu, silahkan ditunggu karena masih 15 bungus lagi yang akan diproses.
Artinya, pecel pesanan saya adalah bungkusan ke-16 yang akan disiapkannya. Karena penasaran, saya mengangguk saja tanda setuju untuk menunggu.
Ada yang menarik memang tentang pecel di warung tersebut, tiap porsinya akan diulak satu per satu. Saya menyaksikan saat ada pelanggan yang memesan dua bungkus, ibu itu tetap membuatnya satu per satu padahal bisa diulak bumbu sekaligus karena toh pemiliknya satu orang. Ketika yang memesan lima bungkus, diulaknya juga demikian.
Jarum jam menunjukkan pukul 11.00. Semua yang menunggu diam seribu bahasa, semua sibuk memelototi smart phone masing-masing. Sambil menunggu, saya memesan es cendol, ada juga pelanggan lain yang memesan bakso.
Pecel adalah menu utama di warung bu Mawar. Namun demikian, ada juga bakso dan es cendol yang turut meramaikan isi warung. Khusus bakso dan cendol, pembeli akan dilayani oleh orang lain, seorang pembantu bu Mawar yang juga berasal dari Madura.
Ketika jarum jam menunjukkan pukul 12.05, akhirnya saya mendapat pecel pesan. Benar-benar pecel perjuangan, karena lebih satu jam saya menunggu untuk sebungkus pecel.
Setelah membayar dengan harga yang sangat bersahabat, saya segera kembali ke tempat kerja untuk menyantap makanan yang telah membuat saya penasaran selama ini.