Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenangan Saat Bersama Pak Ali Alatas

12 November 2017   17:43 Diperbarui: 12 November 2017   19:54 1878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: gettyimages.com

**

Sebelum acara makan malam, Presiden SBY  mengadakan jumpa pers khusus dengan para wartawan Indonesia. Pak Ali Alatas tak ketinggalan mendampingi Presiden bersama beberapa menteri kabinet lainnya. Kalau yang lain terlihat santai, Pak Ali Alatas tampak sibuk mencatat setiap kata-kata Presiden. Tak kalah sibuk dengan puluhan wartawan yang hadir saat itu.

Di acara makan malam, saya kembali menyapa Pak Ali Alatas karena saat itu, saya sedang antri untuk mengambil makanan. Ternyata yang antri dibelakang saya adalah Pak Ali. Tentu saya persilakan beliau untuk maju kedepan saya dengan maksud menghormati orang yang lebih tua. Namun beliau menolaknya dengan begitu ramah dan bersahaja.

"Silakan saja duluan nak. Yang duluan datang, ya dia berhak di depan dong. Apalagi anak muda nggak boleh di belakang, harus selalu maju ke depan. Kalau orang tua nggak boleh sembarangan makan. Makanya saya mahu lihat-lihat dulu, maklum mesin tua," guraunya sambil memegang dan mengelus pundak saya.

Bagi saya, tak berlebihan atau sekadar pemanis bibir kalau pengakuan terhadap beliau adalah tokoh berjiwa besar yang handal. Dunia mengakui peran penting beliau dan pada tahun 1996, dinominasikan menjadi Sekjen PBB oleh sejumlah Negara Asia.

Dan tak berlebihan pula tentunya  kalau beliau mendapat penghargaan yang layak dan dimakamkan secara militer di Kalibata. Selamat jalan Pak Ali Alatas. Di dunia ditempatkan bersama pahlawan bangsa, dan semoga di akhirat mendapat tempat Bersama hamba-hamba yang diridhai-Nya.

Kini peran ASEAN kembali diuji dengan kasus kemanusiaan yang dialami oleh kaum Rohingya di Rakhine, Myanmar. Kasus ini menguji kepekaan dan tindakan nyata semua pihak seperti PBB, OKI, ASEAN, NGO, dan siapa saja yang merasa terpanggil atas nama kemanusiaan.

Semoga teladanmu menjadi bekal bagi kami mempersembahkan karya untuk negeri dan bangsa tercinta, Indonesia. Tulisan ini pernah saya tulis di hari meninggalnya Ali Alatas (11 Desember 2008) dan saya muat di Buletin KJRI Johor Bahru pada tahun yang sama.(*)

Sekadar berbagi di akhir pekan.

KL: 12112017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun