Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karen Armstrong dan Konsep Welas Asih

19 Juni 2017   09:32 Diperbarui: 23 Juli 2017   05:52 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Charterforcompassion.com

KEDAMAIAN jiwa merupakan dambaan setiap mahluk yang bernyawa. Manusia yang dianugerahkan akal dan hati nurani tentu seyogiyanya bisa menciptakan suasana kondusif dimanapun dan kapanpun. Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia dan sebagaimana nabi Muhammad SAW rasul rahmatan lil alamaiin, ummatnya juga harus senantiasa menciptakan kenyamanan di lingkungannya.

Seorang mantan biarawati Katolik, Karen Armstrong melalui bukunya Twelve Steps to a Compassionate Life megajak masyarakat dunia untuk senantiasa belajar menebar kasih sayang dalam segala aspek kehidupan, khususnya mengembangkan nilai-nilai sosial dalam beragama.

Seperti yang dijelaskannya dalam buku Fields of Blood: Religion and The History of Violence, Armstrong juga selalu menyampaikannya dengan lantang saat dirinya menghadiri undangan sebagai pembicara dalam isu-isu kemanusiaan di seluruh dunia bahwa agama bukanlah sumber konflik dan juga sama sekali bukan penyebab terjadinya tindakan radikal.

Bagi saya, apa yang dikemukakan oleh Armstrong merupakan konsep umum dan sering disampaikan oleh siapa saja secara tersurat ataupun terirat. Semua manusia juga pasti dapat menerima usaha perdamaian dunia selama mereka mengerti esensi beragama secara kontekstual dan substansial karena semua agama memiliki nilai dan norma yang menggariskan konsep perilaku dan tindakan setiap ummatnya untuk taat kepada Tuhan dan saling membantu satu sama lain dengan penuh kasih sayang (compassion) tanpa mengharap balasan apapun (ikhlas).

12 hal yang selalu dikampanyekan oleh Karen Armstrong ke seluruh dunia dalam upaya mencapai ketenangan hidup dalam beragama dan bermasyarakat adalah sebagai berikut:

Pertama, Learn about compassion.Jadi manusia harus mempelajari bagaimana menebar kasih sayang antar sesama manusia tanpa harus melihat ideologi, suku dan perbedaan-perbedaan yang ada.

Kedua,Look at your own world.Dalam menjalani proses hidup, manusia perlu untuk melihat kepada diri senidri agar kita tidak sibuk dengan masalah orang saja.

Ketiga, Compassion your self.Mengasihi diri sendiri sangat penting supaya kita bisa mengasihi orang lain.

Keempat, Empathy.Supaya ketenangan hidup dapat tercipta dalam masyarakat, hendaknya setiap orang menyuburkan rasa empati pada diri untuk dapat ditebar kepada orang lain.

Kelima, Mindfulness.Meningkatkan perhatiandalam segala hal untuk menciptakan kedamaian hidup di sekitarnya.

Keemam, Action.Manusia perlu bertindak dengan bijak sesuai yang digariskan oleh nilai dan norma yang ada atau bisa juga dalam bentuk melakukan aktivitas yang positif dan menjauhi hal yang sia-sia.

Ketujuh, How little we know.Seberapa sedikit kita tahu tentang diri kita, tentang orang lain, dan segalanya sehingga kita bisa bertindak sesuai pengetahuan dan keyakinan.

Kedelapan,How should we speak to one another?Seberapa perlu kita berbicara kepada orang lain?

Kesembilan,Concern every body.Peduli kepada setiap orang di sekitar kita sangat penting supaya manusia bisa berbuat dengan rasa empati.

Kesepuluh, Knowledge. Ilmu pengetahuan.Dalam beraga dan apapun harus dibarengi dengan ilmu pengetahuan yang cukup supaya apa yang dilakukan sesuai dengan ketetapan yang ada.

Kesebelas, Recognition.Pengakuan akan diri sendiri dan orang lain merupakan kunci terciptanya compassion karena anyak orang yang hanya mengakui akan dirinya tetapi sulit mengakui eksistensi orang lain.

Keduabelas, Love your enemies. Mencintai musuh mungkin cukup berat bagi siapapun. Tetapi tentu harus dicoba dengan segala pengertian tentang equality.

Peraih penghargaan TED Prize pada tahun 2008 ini telah menulis beragam buku terkait masalah sosial keagamaan yang sangat konsen dengan konsep Compassion atau welas asih.

Menurut saya, konsep tersebut bukanlah hal baru di Indonesia, nenek moyang bangsa Indonesia sudah sejak dahulu kala mengajarkan konsep kasih sayang dengan berbagai cara. Bahkan slogan Bhinneka Tunggal Ika, tradisi gotong royong, silturrahmi, sedekah dan sebagainya merupakan konsep hidup yang berskala besar dalam membangun masyarakat madani yakni masyarakat yang mengakui dan menghormati perbedaan, masyarakat yang mentaati nilai dan norma, menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia. Dalam Islam dikenal konsep masyarakat yang aman dan damai yang dalam istilahnya baldatun toyyibatun warobbun ghofuur.(*)

Sekadar berbagi untuk kemaslahatan bersama.

Sepang:20062017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun